Curriculum Vitae: (Pernah) Melontang-lantung

Week end kemarin, waktu gue balik ke rumah si nyokap cerita kalau teman lama bokap gue berkunjung dan dia bawa anaknya. Gue udah sakit perut duluan, apa gue mau dijodohin? Gue mulai panik dan dag dig dug mikirin ganteng enggak ya doi…

Ah, tapi ternyata itu cuma pikiran jelek gue aja. Anaknya perempuan, dan mereka memang datang membawa lamaran. Tapi bukan lamaran pernikahan, melainkan mereka datang untuk minta tolong dicarikan pekerjaan oleh gue. Gue? Enggak salah tuh?

“Mia kan sekarang sudah sukses, bisa kali ya bantuin anak saya dapet kerjaan.” Ujar sebut saja Om A, si teman bokap gue itu, yang diceritakan ulang oleh nyokap gue.

Amiin kalau gue dibilang sukses. Tapi gue cuma pegawai biasa, kantor gue bukan punya moyang gue yang bisa dengan gampang masukin kerabat untuk bekerja di perusahaan. Bukan, gue juga cungpret.  Gue pun dulu melalui tahap yang panjang untuk akhirnya bisa bekerja di tempat gue sekarang untuk mengais lembaran rupiah.

Tapi gimana gue enggak terenyuh mendengar cerita si Om A, anaknya baru saja lulus tahun ini dengan mengantongi gelar Sarjana Ekonomi. Dia sudah mengirimkan lamaran ke pabrik-pabrik yang tersebar di daerah Anyer dan Merak, yang merupakan domisili tinggal mereka tapi sampai sekarang belum ada hasil. Minta bantuan sampai ke rumah gue mungkin sudah pilihan terakhir. Sayangnya, gue enggak bisa kasih janji.

Pertama, karena gue tahu kantor tempat gue bekerja tidak sedang membutuhkan karyawan baru. Membawa lamarannya ke HRD hanya akan memberikan harapan palsu, karena gue tahu paling-paling ditumpuk begitu saja. Kedua, jika sedang open recruitment pun kantor gue menggunakan jasa pihak luar, sehingga lamaran pun diproses melalui mereka.

Duh enggak tega sih, tapi biarlah. Lontang-lantung dan berjuang dapat pekerjaan adalah proses yang harus dilalui setiap insan yang baru lulus kerja. Pernah melontang-lantung kalau bisa dimasukin di CV, masukin deh. Idealisme mengaplikasikan ilmu saat kuliah jadi bikin semangat untuk cari kerja sana – sini. Justru kalau menurut gue sih, akan lebih kerasa manis ya, mengingat susahnya dulu cari kerja. Dan gue pribadi jadi menghargai usaha gue sendiri dengan enggak menghamburkan hasil jerih payah gue dan bekerja dengan baik, di tengah banyaknya isu korupsi dan gratifikasi yang lagi populer sekarang ini.

Ah, gue jadi inget bukunya si Roy, sahabat sekaligus rekan berbagi royalti di Trave(love)ing. Judul bukunya  Lontang-Lantung, sebelumnya berjudul Luntang Lantung. Justru awal tahu kalau Roy itu penulis ya lewat Luntang-Lantung ini. Sekarang, dicetak ulang dengan judul sedikit diperbaharui karena mau difilmkan! Tuh berarti keren kan bukunya. Emang keren.

photo (41)

Ceritanya simpel dan mewakili anaknya si Om A banget. Lulus kuliah, so what’s next?

Dari awal Roy memperkenalkan tokohnya yang bernama pasaran (dan mirip nama mantan gue, hiks) saja sudah bikin nyengir, gue ketawa terus setiap membalik halaman demi halaman. Sesuai judulnya, sudah bisa diduga jalan ceritanya yang mengisahkan susahnya cari pekerjaan.

Well, rata-rata dari kita semua pernah mengalaminya kan? Berbekal ijazah kuliah, pengetahuan yang dijejali dosen selama kurang lebih 4 tahun, dan doktrin lulusannya paling sial jadi Menteri (ehm, itu sih moto sombongnya kampus gue), bikin anak kuliahan yang baru lulus dan beridealis tinggi untuk mendapat pekerjaan yang bagus.

Sama kayak gue dulu, sama dengan si tokoh di Lontang Lantung itu, dan begitu juga dengan anak si Om A tadi. Ada hal yang karena idealisme yang dianut tersebut bikin kita gengsi bekerja di tempat ecek-ecek. Kita lupa satu hal, angka pengangguran setiap tahun tinggi, bro. Yang penting cari pengalaman dulu, untuk batu loncatan jenjang karir berikutnya. Jangan malu meski hanya mengawali karir sebagai seorang salesman oli XD

Om A melihat kantor gue yang menurutnya oke, lalu berusaha memasukkan anaknya agar bisa bekerja di situ lewat gue. Mana bisa instan, apalagi gue sendiri yang mengalami harus melewati beberapa tahap tes. Mulai dari psikotest menjumlah deretan angka yang bikin tangan keram dan leher pegal-pegal. Sampai diskusi kelompok yang membahas barang apa yang harus dibawa ketika terjebak sendirian di bulan. What the hell are you thinking going to the moon and stuck there??? Hadeh.

Tapi sebenarnya gue cukup beruntung, enggak salah ambil jurusan yang sejujurnya dipilihkan sama nyokap gue dulu. Ingat tentang tulisan gue yang cinta banget sama pelajaran fisika? Dulu cita-cita gue ketika SMA adalah melanjutkan studi teknik sipil. Adalah nyokap gue yang menentang habis-habisan pilihan gue. Kata dia, masa perempuan jadi tukang bangunan?? Ya kali Maaaaah. Satu-satunya alasan gue menuruti maunya nyokap adalah, doi saat itu sampai sakit-sakit yang belakangan gue tahu kalau itu cuma taktiknya saja. Pffft.

Karena gue waktu sekolah ada di jurusan IPA, untuk mengambil ujian SPMB (sekarang namanya apa ya?) maka gue harus mengambil ujian IPC. Gue tuh benci banget sama mata pelajaran IPS kayak ekonomi, akuntansi, dan geografi. Kecuali pelajaran sejarah yang gue suka banget, itu kenapa kali ya gue suka terjebak di masa lalu. Eaaaa.

Jadi untuk bisa jebol pilihan pertama SPMB yaitu akuntansi, gue sampai ikut les ,pemirsa. Itupun tetap saja nilai try out gue jelek. Tapi memang gue sudah digariskan untuk jadi akuntan, akhirnya gue berhasil tembus jurusan akuntansi di salah satu kampus favorit yang ada di Depok. Dan akhirnya, gue menjadi auditor garis keras sampai sekarang.

Awalnya jadi auditor, karena ya mana lagi kantor yang menerima karyawan belum lulus untuk bekerja? Sambil menunggu jadwal sidang kompre gue keluar, daripada enggak jelas di kampus gue dan beberapa teman melamar ke KAP 2 huruf yang lokasinya di twin towers bilangan SCBD. Seminggu setelah wawancara gue langsung diterima, lalu besoknya mulai bekerja, tepatnya tanggal 1 Desember 2005 (Njir, sudah lama banget ya gue kerja, kalau anak sih sudah masuk SD). Enggak tanggung-tanggung, langsung dijeburin ke kantor klien yang alhasil bikin gue nangis karena berantem sama klien di hari pertama kerja.

Begitu berat kerjaan gue sampai-sampai ketika besoknya sidang, malamnya masih lembur. Tega pisan ih. Gue lulus kompre bulan Januari 2006, diwisuda bulan Februari 2006.  Empat bulan kemudian diangkat jadi karyawan tetap dan akhirnya pensiun dini di bulan September 2009.

Lalu apakah gue akhirnya pensiun juga dari profesi auditor? Enggak, gue masih dikasi rejeki sebagai auditor. Di kantor setelah KAP dua huruf pun, gue masih bekerja sebagai auditor. Biarlah tetap menjadi auditor sampai tua dan enggak pernah merasakan jadi auditee, tapi paling enggak pernah ‘ngerasain’ auditee. Aeeeeh mati luh.

Enggak komplit rasanya hidup lo, kalau enggak pernah merasakan cinlok sama teman kantor. Atau dalam kasus gue tadi, flirting sama klien. Di Lontang-Lantung juga dibumbui dengan kisah cinta yang makin bikin buku ini uhuk-able. Uhuk!

Kembali ke anaknya si Om A tadi, untuk menghiburnya dan membuatnya semangat dalam mencari pekerjaan, gue putuskan untuk menitipkan buku Lontang-Lantung untuknya. Mungkin melalui buku ini, dia bisa jadi ada gambaran untuk menjalani proses pencarian kerja dan bagaimana dunia bekerja yang digamblangkan Roy dengan apa adanya. Apalagi di buku ini ada tips kerja yang lucu tapi enggak ngawur.

Gue sudah baca sampai habis dan selain bikin ngakak, buku ini benar-benar bikin nostalgia jaman dulu mencari kerja. Gue sangat terhibur dan gue harap anaknya si Om A juga merasakan yang sama.

Ada beberapa bagian yang gue suka banget di buku ini, pertama adalah quotes bangkek khas Roy yang menghiasi setiap pembuka bab. Ini nih yang paling nyeleneh, “Berusahalah sekarang juga, karena Senin harga naik!” Ngehek lo Roy. Kedua, unsur komedi yang diangkat Roy smart banget dan orisinil, contohnya tentang MLM. Penasaran kan?

Pastinya, Lontang-Lantung adalah salah satu buku yang dengan tuntas gue baca beberapa jam saja dan enggak ada satu bagian pun yang gue skip. Komplit karena bahasa yang mudah dimengerti dan alur cerita yang enggak bosenin.  Jadi, buat yang lagi mencari atau sudah duduk nyaman di kursi kantornya, gue rekomendasiin untuk baca buku Lontang-Lantung.

😀

myaharyono.com Giveaway!!!

20131106-104253.jpg

Whoooaaa ternyata hari ini myaharyono.com udah dua tahun! Duh uwuwuwu-able banget sih, udah bisa lari deh tuh kalo jadi bocah.

Nah dalam rangka dirhahayu blog tercinta gue ini, ada giveaway buat kamu-kamu pembaca setia blog ini. Asiiik kaan?

Caranya gampang deh. Tulis komen di postingan ini, tulisan gue yang mana yang jadi favorit kalian. Jangan lupa, tambahkan alasannya. Lima buku yang pernah gue terbitkan siap dibagikan.

Untuk komen teroke, ada voucher belanja menanti 😀

Gampang banget khaaaan, ditunggu seminggu dari sekarang okay 😉

Online Shop

“Eh, ada voucher sushi tei murah tuh di disdus. Beli yuk.” Ajak teman-teman kantor gue sekitar setahun yang lalu.

“Disdus? Apaan tuh?” tanya gue dengan bingung.

“Lo enggak tau disdus?”

Gue menggeleng.

“Deal keren?”

Gue menggeleng lagi.

“E-voucher?”

Lagi-lagi gue menggeleng.

“Ogah rugi?”

Hadeh. Itu sih tahu lah, siapa juga yang kepingin rugi. Teplok! Sebuah jitakan melayang ke kepala gue.

Rupanya saat itu gue ketinggalan info banget, kalau sudah menjamur jualan voucher makan dan barang via online shop. Istilah kerennya, virtual store. Disdus dkk itu salah satu yang mengusung jualan via internet dan memang laku. Selain praktis, mereka juga memberi harga promo yang lebih murah.

Karena saat itu gue tergoda untuk ikut membeli, akhirnya gue subscribe email untuk mendapat info promo setiap harinya. Alhasil, gue jadi ketagihan. Malah kadang jadi beli barang yang enggak penting-penting amat dan berujung cuma menuh-menuhin kamar doang.

Semakin maraknya online shop, ditandai dengan Facebook, Twitter, dan Istagram yang mulai beralih fungsi jadi tempat buka lapak. Awalnya Facebook, yang tiba-tiba saja gue dapet banyak notifikasi karena teman gue tag foto jualannya ke seluruh teman FB-nya. Setiap yang komen tentu saja jadi bikin rame dan bikin bb gue kelap-kelip saat itu.

Kemudian Twitter, yang promonya dilakukan dengan me-mention para buzzer untuk meretweet jualan mereka.

Yang paling ngenes sih Instagram, media yang seharusnya dijadikan ajang sharing photography dengan filter yang keren, sekarang malah penuh dengan akun-akun ig jualan.

“Cek ig kita, sis. Kami menjual bla bla bla..”

Ada jual jodoh? Gue beli deh 4 sekalian kalau bisa.

Akun IG yang berfollower banyak, seperti para seleb, sampai menyediakan jasa endorser untuk barang-barang online shop. Memang bisnis online shop ini sungguh menjanjikan.

Gue, sebagai cewek yang doyan belanja, jadi ikutan merubah list following IG gue dari akun-akun photography keren menjadi akun-akun jualan. Tapi emang murah kok, apalagi kalau yang dijual make up luar yang kalau di toko mahal banget. Pembenaran sih. Hehe.

Tapi kita harus jeli dan pintar ketika akan membeli barang online, karena resiko utama adalah kena tipu. Sudah transfer, eh barang enggak dikirim.

Gue sekali kena tipu, beli baju online dimana si penjual tidak menjawab semua email dan pesan gue. Yang begitu mesti di-blacklist. Sayangnya gue lupa nama OS-nya.

Itu kenapa gue rada percaya kalau beli lewat akun instagram, biasanya trusted seller. Bisa kelihatan dari komen-komen di fotonya. Atau cek followernya, kebanyakan aktif atau enggak. Bisa juga lihat foto testimonial dari customer yang mereka upload.

Dari IG, gue mulai melebarkan sayap ke Ebay dan Amazon. Awalnya karena gue kebelet pingin banget O’Clock edisi safari (ketebak lah ya motifnya jerapah) yang cuma ada di Italia. Dari hasil googling yang membawa gue ke ebay, lalu gue memberanikan diri daftar jadi member dan membuat akun di paypal.

Gue harus cermat memilih trusted seller yang terlihat dari tanda bintang yang bakal selalu membuntuti setiap seller. Gue juga enggak boleh terjebak shipping cost yang bisa mahal gila sampai Indo. Belum lagi ada resiko ditahan bea cukai. Langkah yang gue lakukan adalah mengontak seller dan nego shipping cost. Jangan lupa meminta mereka untuk menulis di paketnya sebagai ‘gift’, supaya aman saat di bea cukai nanti.

Ada sensasi yang beda ketika gue belanja online, gue bisa cukup dengan mengetik apa yang gue mau. And then I hit the search button. Surga seperti muncul di depan mata. Hal yang begini ini yang enggak bisa dilakukan kalau belanja langsung ke toko. Cape booo..harus hunting dari satu toko ke toko lain, ditambah jawaban pelayan yang kadang enggak banyak membantu.

Di web, gue juga bisa me-refine pilihan yang gue mau, seperti hanya munculkan barang dengan harga sekian dan free shipping only. Bagaimana dengan pembayarannya? Aman kah? Using paypal is highly recommended.

Mau tau rasanya saat gue berhasil deal dengan barang yang gue mau dengan harga murah plus free shipping? Kayak lihat pacar setelah seminggu enggak ketemu. Aeh.

Rasa excited tidak berhenti sampai di situ. Setiap harinya, gue memeriksa mail box gue a.k.a meja kantor karena gue lebih suka setiap urusan pos ditujukan pada alamat kantor. Dan ketika akhirnya gue melihat dari kejauhan, receptionist kantor gue membawa sebuah paket dan berjalan ke arah gue, senyum sumringah seketika merekah di bibir gue. Betapa bahagianya ketika paket bersampul coklat itu mendarat di genggaman gue.

Perlahan gue buka sampulnya, bersiap untuk melihat kejutan di dalamnya. Ya, barangnya sesuai dengan yang gue harapkan. Ah, senangnya.

Mungkin begitu rasanya, ketika akhirnya jodoh yang gue tunggu datang juga. Tanpa bosan gue berdoa untuk minta didekatkan dengan seseorang yang akan melengkapi hidup gue nantinya. Sama seperti yang gue lakukan ketika hendak memesan di online shop, gue terus mencari barang yang sesuai dengan yang gue mau dan gue butuh.

Lalu gue dengan sabar menunggu hari itu tiba dimana jodoh akan segera menghampiri. Seperti paket yang gue tunggu, mungkin kemasannya mengecewakan, tidak rapih, atau sedikit rusak karena tertumpuk di gudang penyimpanan kurir. Atau bisa saja barangnya tergores, menandakan tak ada yang sempurna di dunia ini. Jodoh gue nanti mungkin datang dengan hati yang pernah terluka, dan adalah tugas gue untuk mengobatinya.

Paket bisa saja terkirim salah alamat, sehingga waktu datang ke gue lebih lama dari yang gue harapkan. Itu kenapa jodoh gue belum sampai, mungkin dia saat ini masih bersama orang lain. Well, who knows?

Satu hal yang perlu dimiliki adalah keyakinan. Jika kita memang sudah memesannya dengan benar, paket tersebut pasti akan datang dan enggak akan tertukar. Layaknya jodoh, hanya masalah waktu saja. Begitu bukan? 🙂

A Note To The Groom

Dear Dendi,

In the next couple of days, lo akan jadi suami dari sahabat gue, Dian. Gila!!! Sumpah, mana pernah kepikiran sih kalau kalian akhirnya berjodoh?!!

Seperti tulisan lo beberapa waktu lalu, Plot Continues, tentang plot cerita hidup lo sampai akhirnya ketemu soulmate. Wellthere’s always two side of every stories, dan note ini gue buat untuk lo sang mempelai pria, dari gue sebagai maid of honor di acara akad nanti.

Eniwei, sedikit membedakan antara bridesmaid dengan maid of honor. Kalau bridesmaid bertugas sebagai pengiring pengantin saat resepsi, tapi kalau maid of honor di Indonesia biasanya mengantar pengantin dari ruang persembunyian menuju tempat akad. Malahan, kalau pengantinnya kebelet pipis, maid of honor harus siap menemani ke toilet dan membantu megangin kain yang melilit kakinya. Gimana kalau boker dong? Ah, biarlah itu nanti menjadi tugas si Gelaph, karena dia juga didaulat jadi maid of honor. Ahey.

Kembali ke tahun 2008, pertama kalinya gue ketemu Dian yang rambutnya masih kribo banget di halte BEJ. Kalau enggak salah saat itu adalah hari pertama dia kerja dan langsung mau diboyong ke kantor klien di Cikarang. Gue dan teman gue berasumsi kalau si Dian itu enggak disiplin. Kita lumayan menunggu dia lama di halte dan doi enggak muncul juga. Dengan kesal dan suara emosi ditingkatkan satu oktaf, teman gue memutuskan menelpon junior barunya itu.

“Dian, ya? Kamu dimana? Kok belum datang juga?”

“Sudah kok, aku di halte BEJ dari tadi.” jawab si Dian dengan suara gemetar, dia pasti ketakutan.

“Dimananya?”

Kok gue bisa dengar suara si Dian ini dengan jelas ya? Kan percakapan mereka via telpon. Ehhhh, ternyata si Diannya ada persis, pantat-pantatan, sama gue. *tepok jidat*

Sejak itu, kita sering bekerja dalam satu tim dan jadi teman di luar kantor. Ketika sudah sama-sama resign adari kantor kami dulu yang berada di BEJ, kita masih sering main bareng. Apalagi setelah Dian memutuskan pindah ke kamar yang kosong di kos gue.

Dear Dendi,

Selain menjadi penghubung tali kasih (tai banget bahasanya) di antara kalian, harap diketahui juga kalau gue adalah salah yang bertanggung jawab atas jadiannya Dian dengan mantan sebelum lo. Gue bisa tau banget siapa yang Dian taksir, meski anaknya enggak bilang.

Sama kayak dulu dia lagi kesengsem sama mantannya itu, meski dia enggak ngaku tapi gue punya feeling kalau sedikit-sedikit Dian pasti suka sama lo. Itu kenapa–mungkin lo lupa–waktu lo anterin buku-buku Trave(love)ing untuk dikirim ke endorser ke kos gue, pertama kalinya gue bilang sama lo, “Den, enggak mau coba sama Dian? Dia jomblo lho.”

Lo, Den, kaget waktu itu. Mungkin ucapan gue enggak pernah lo duga sebelumnya, terlihat dari kuping lo yang gerak-gerak maju mundur, bola mata yang muter-muter, hidung yang kembang kempis, dan mulut yang nganga. Sumpah Den, jelek banget deh.

Melalui note ini, gue sekaligus mau pengakuan dosa. Sebenarnya, gue dan Gelaph sudah mengatur awal kedekatan kalian. Buku-buku Trave(love)ing sengaja di-drop di kos Dian (saat itu gue dan Dian sudah pisah kos), jadi lo bisa ketemu Dian untuk ambil buku dan tentu saja jadi punya kesempatan untuk berduaan.

Setelah itu, berbagai skenario mulai dicetuskan. Pergi ke PRJ dan nonton bareng, adalah bagian dari alur yang gue dan Gelaph buat. Emang gue berbakat dalam hal ngejodohin Dian, dulu sama mantannya dan sama lo pun berhasil, Den. Sebenarnya sih, karena Dian itu nurut banget sama gue. Enggak cuma dalam hal kerjaan, tapi urusan percintaan juga 😀

Dear Dendi, sebelum nanti secara resmi gue bersama Gelaph mengantar Dian ke lo, ada beberapa hal yang gue harap lo perhatikan.

1.       Pastikan dalam rumah tangga kalian nanti selalu tersedia makanan. Dari jaman dulu sampe sekarang, hobinya ya cuma makan.

2.       Belajar masak dan beberes rumah ya. Selain doyan makan dan menghabiskan makanan lo, doi juga pemalas. Pantes gendut!

3.       Rajin olahraga, biar badan lo fit karena ditindih semalaman sama dia. Demen banget deh doi mepet-mepet kalau bobok -___-“

4.        Jangan macem-macem, Dian itu stalker abis. Kalau udah stalking apapun enggak pernah nanggung.

5.       Enggak perlu pusing masalah uang, Dian beda sama cewek pada umumnya yang enggak nuntut harus punya barang-barang branded atau mahal. Gue sama Gelaph juga sih, kita bertiga tuh enggak neko-neko kok.

(Lah, jadi  curcol!)

6.       Berkaca pada orang tuanya Dian, kalian tua nanti ya bakal begitu. Yang sabar ya, Den 😉

7.       Jatuh cintalah padanya berkali-kali, setiap hari. As if you just met her for the first time.

 

Last but not least, jaga sahabat gue baik-baik ya. Jangan pernah lukai hatinya, meski gue tau lo enggak akan pernah melakukannya. Jadilah suami yang bertanggung jawab dan bisa menjunjung tinggi martabat Dian dan keluarga kecil kalian kelak.

Lo, Den, sahabat terbaik gue sejak kita masih sama-sama berseragam putih-abu. Gue sudah sejak lama mengikuti setiap babak hidup lo, pasang surut kisah cinta lo, dan sekarang gue sangat bahagia karena akhirnya hati lo berada pada wanita yang tepat.

Selamat menuliskan plot berikutnya di bab kehidupan yang baru, Dendi dan Dian.

ddwedd

SUPERBASS

Apa perbedaan suara hati, kata orang jaman dulu sama kata Nicki Minaj?

Kalau kata orang jaman dulu: DAG. DIG. DUG.

Kalau kata Nicki Minaj: Boom. Badoom. Boom. Boom. Badoom. Boom. Boom. Bass.

Hahaha. Iya, itu lagu Nicki Minaj yang judulnya Superbass. Liriknya unik dan musiknya juga lucu. Gue suka.

Boy, you got my heartbeat runnin’ away

Beating like a drum and it’s coming your way

Can’t you hear that boom, badoom, boom, boom, badoom, boom, bass?

You got that super bass

Boom, badoom, boom, boom, badoom, boom, bass

Yeah, that’s the super bass

Lewat Superbass si Nicki bikin jatuh cinta terasa lebih meriah dan semangat, kayaknya heboh banget gitu ya pake segala ada stereo di dalam hati sampe ngeluarin bunyi boom boom bass, ketika ketemu seseorang yang ditaksir.

Kapan ya gue terakhir kali ngerasain itu?

Hmmmm. Lupak!

Gila, udah lama banget kayaknya gue gak ngerasain jatuh cinta lagi. Boro-boro boom boom bass, deg deg ser aja sudah lama banget kayaknya gak rasain.

Gue emang sulit jatuh cinta, bisa dihitung mulai akil baligh sampai sekarang tuh ngalamin yang bener-bener jatuh cinta cuma sedikit.

7 kali!

Eh, itu dikit apa banyak? Banyak ya? Hehe. Oke gue sortir lagi, yang bener-bener jatuh cinta baru 3 kali!

Sekali pas SMP. Sekali pas SMA. Sekali pas Kerja. Trus pas kuliah? Gue masih stuck sama cowok jaman SMA dong selama kuliah. Bahkan baru bener-bener kelar pas awal-awal kerja. Ternyata, gue emang punya track record susah move on, ya? Eaaaaa.

Kenapa gue bilang cuma 3 dari 7 kali terlibat asmara? Karena hanya dengan ketiga orang itu gue pernah ngalamin yang superbass di hati gue, dan bertahan cukup lama. Tipe diri gue emang begitu sih, sulit jatuh cinta tapi sekalinya jatuh….dalem bangeeeet. Bangkek!

Waktu SMP kelas 1 akhir, gue naksir kakak kelas gue. Ya tentu saja hanya mengagumi, secara ia anak basket yang keren dan digandrungi cewek –cewek. Gue bingung juga, kenapa bisa lama banget naksir dia dan tahan lho cuma kagum dari jauh. Gue masih inget sampai sekarang bentuk si dia yang berinisial AH. Kulit putih, tinggi, rambut kriwil, dan mata bulat. Kelas kami sebelahan, jadi dia dan gank-nya yang terdiri dari 4 cowok keren itu sering tebar pesona ngelewatin kelas gue. Trus kalau misal papasan, jantung gue gak pernah absen berdebar lebih kencang. Telapak tangan gue juga dingin banget rasanya.

Pada suatu waktu, gue sama dia ikutan pesantren kilat di sekolah. Jadi dicampur secara random gitu kelasnya, dan gue sekelas sama doi! Kalau enggak salah, 3 hari gitu deh pesantren kilatnya. Gak sengaja, kami make baju motif sama persis. Kotak-kotak biru. Dari situ, mulai deh dicengin. Huwaaaa malu banget deh. Ternyata, malah beredar gosip kalau gue naksir si AH (emang iya, tapi kan gak ada yang tau). Tau-tau, gue dilabrak sama mantannya AH.

“Jangan deket-deket sama dia lagi ya!” perintahnya.

Dan gue nangis banget saat itu. Norak ya hihi. Pas akhirnya doi lulus, pelan-pelan ya rasa naksir itu memudar. Tapi gue masih belum bisa lupain dia sepenuhnya, karena gue mau deket sama adik kelas gue karena tampangnya lumayan mirip si AH. Ampun deh.

Karena sudah gak pernah ketemu lagi, mesti tinggal di satu kota, perasaan itu bener-bener hilang. Tepatnya tergantikan sama seseorang yang gue kenal di SMA gue. Dia tidak seputih si AH, tidak setinggi AH juga, punya rambut lurus, tapi matanya sama-sama bulat. Proses jatuh cinta gue sama dia lucu, berawal dari kami yang tak pernah sepaham dan selalu cekcok di kelas. Lama-lama, gue mulai kecarian dong.  Dia bikin gue semangat ke sekolah setiap hari dan bikin ulah ke dia, biasa….cari-cari perhatian.

One of the best feeling in this world is when you look at someone, and he’s already staring at you.

Yang gue inget kami sering banget bertubrukan pandang di tengah pelajaran sekolah. Lalu dia akan melemparkan senyumannya yang manis, sayangnya gue tanggapi dengan buang muka. Padahal itu gue gugup gila! Tapi dia nyangka gue bener-bener sebel sama dia. Gue tahu itu karena curhatan dia ke temannya, nyampe ke gue.

Gue pikir perasaan gue ke cowok berinisial AK ini hanya bertahan selama 3 tahun SMA saja. Nyatanya, perasaan gue dalem juga. Gue kuliah di Depok dan dia di salah satu kota di Jawa Tengah, gak bikin gue bisa berpaling ke lain hati. Gue deket dan jalan sama cowok lain, hati gue tetep ke dia. Mungkin karena kami komunikasi masih intens, masih rajin sms-an sampai gue lulus dan kerja. Meski nggak bikin hati gue superbass lagi, tapi kalau malam hari seringnya bukan mikirin cowok gue malah mikirin dia! Gebleg!

Lalu gue bertemu orang lain, yang bikin completely lupa sama perasaan gue dengan AK. Lagi-lagi berinisial A. Kebetulan yang aneh, kan!

Jatuh cinta gue beda sama sebelum-sebelumnya. Dengan AH dan AK, tanpa mereka berbuat apapun gue bisa jatuh cinta. Sama si A yang terakhir ini, gue dibuat jatuh cinta olehnya. Kami tidak bertemu setiap hari, seperti dulu gue hampir setiap hari melihat AH dan AK. Tapi…

dia membuat mata gue berbinar, ketika layar monitor laptop gue kelap-kelip karena ada chatting masuk darinya..

dia membuat bibir gue tersenyum, ketika handphone gue membunyikan nada yang sudah gue set khusus untuk panggilan telepon darinya..

dia membuat perut gue terasa mules dan panik, ketika tiba-tiba muncul di depan rumah..

dia membuat lengan gue mampu menumpu pada dagu gue tanpa lelah, ketika memperhatikannya yang sedang panjang bercerita tentang apa saja..

dia, membuat hati gue membunyikan superbass, ketika menyelipkan jemarinya pada jemari gue dan menggandengnya erat..

Tapi itu sudah lama berlalu. Setelah kisah bersamanya usai, belum ada lagi pria yang mampu membuat gue jatuh cinta. Jujur, gue kangen dengan perasaan menyenangkan saat jatuh cinta. Gue ingin ber-superbass ria lagi.

Lalu gue sadar, mengapa belum juga dianugerahi perasaan jatuh cinta lagi. Karena selama ini gue bukan berdoa untuk jatuh cinta lagi, tapi agar diijinkan jatuh cinta hanya kepada jodoh gue kelak.

Gue yakin, rasanya gak bakal kayak superbass lagi. Tapi….pecaaaaaah!!!

😀

Langkah Sole Mate

Soul mate. Belahan jiwa.

Banyak yang menganggap belahan jiwa itu ya pasangan hidup. Berjodoh. Yes it is, but for me, jodoh is not always in a romantic way.

Dalam hidup kita, ada beberapa orang yang akan kita temui dan dengan mudahnya ngerasa ‘klik’ begitu aja. Orang-orang yang bersamanya kita bisa nyaman banget, cocok, beda tapi bisa saling memahami. Dan mereka itu bukan berarti significant other. Ya bisa jadi teman, saudara kandung, sepupu, atau siapapun. Anyone you’ve ever been interested with.

Seperti ketika 20 cewek dengan latar belakang yang berbeda, tinggal di kota yang enggak sama juga, exactly no idea banget deh bisa akhirnya sampe dipersatukan lewat sebuah buku kumcer bertajuk Sole Mate.

Setelah bersama-sama menulis novel Trave(love)ing, gue dan Grahita yang biasa gue sapa Gelaph memutuskan untuk kembali berkolaborasi. Awalnya, kami mau membuat novel duet. Tapi sesuatu malah membawa kami membuat kumcer. Yep, it was a serendipity. Menginginkan sesuatu tapi end up-nya mendapatkan sesuatu lain tanpa terduga, dan malah kayaknya lebih suitable deh :3

Kejadiannya benar-benar enggak sengaja. Di sebuah mall, kaki kami tergerak memasuki toko sepatu yang dengan genitnya menggoda kami melalui tawaran diskon besar. Saat sedang memilih-milih sepatu itulah ide Sole Mate tercetus. Lengkapnya bisa dibaca di blog saputraroy.com yang pernah mewawancarai kami perihal awal mulanya Sole Mate digagas.

why women love shoes
Dibuat Oleh @dendiriandi

Mengumpulkan kisah-kisah yang menggunakan sepatu sebagai analogi sepertinya seru. Itulah mengapa diputuskan membuat kumcer yang didukung juga dengan lagi maraknya buku keroyokan. Lalu lewat blog kami berdua working-paper.com dibuatlah sayembara (ceileh) buat para cewek yang hobi nulis dan suka sepatu untuk ikutan.

Lalu SIMSALABIM! Datanglah wanita-wanita ini ke hidup gue. Apa itu namanya kalau bukan jodoh? Yang jelas, Tuhan punya maksud mempertemukan kami, yaitu agar kami bisa menuliskan rangkaian cerita yang terajut dalam benang merah sepatu.

Selain gue dan Gelaph, wanita-wanita hebat ini antara lain….

  1. Okke Sepatu Merah
  2. Connie Wong
  3. Stephany Josephine
  4. Yessy Muchtar
  5. Kiki Raihan
  6. Anggi Zoraya
  7. Ponti Karamina
  8. Ch Amalia Achmad
  9. Ch Evaliana
  10. Riesna Kurniati
  11. Cynthia Febrina
  12. Diar Trihastuti
  13. Lia Khairunnisa
  14. Annisa Fitrianda Putri
  15. Nadya A Moeda
  16. Fani Novaria
  17. Tia Setiawati, sebagai penulis puisi
  18. Fatima Alkaff, sebagai ilustrator

Niatnya, kami ingin Sole Mate beda konsepnya dari kumcer lain. Makanya selain cerpen, ada sejarah sepatu yang bisa menambah informasi pembacanya, puisi indah buatan Tia, dan ilustrasi dibubuhi quote manis khas Fatima Alkaff.

Mengenai judulnya sendiri, Sole Mate adalah salah satu dari 2 cerpen yang gue buat untuk buku ini. Jadi tuh, sebelum bobok cantik gitu tiba-tiba gue kepikiran nama Sole Mate. Pikir gue saat itu, lucu juga ya kayak plesetan soulmate. Judul cerpen sudah dapat, lalu gue segera memutar otak untuk menemukan cerita yang pas dengan judul itu. Intinya sih mau menganalogikan kalo pentingnya sol pada sepatu kita. Apa gunanya sepatu tanpa sol? Enggak bisa dipakai. Apa gunanya gue tanpa…eaaaaa.

Ketika akhirnya nama Sole Mate dipilih untuk judul buku, yang pertama kali mengusulkan ya si Roy Saputra. Maklum, gue sama Gelaph masih belum bisa move on dari Roy dan Dendi sehingga masalah apapun pasti minta advice mereka :p

Proses penerbitan Sole Mate, ibarat kulit sih kasar. Enggak mulus banget. Dari naskah dimasukkan ke penerbit Gradien Mediatama bulan Oktober 2012, baru 12 Juni 2013 resmi rilis. Hambatannya sih Alhamdulillah bukan dari plot cerita, tapi mulai dari penambahan gambar ilustrasi yang semula hanya 5 menjadi 20 dan pemilihan cover yang cukup lama.

Hasilnya? PUAS banget. Lucuk banget kan cover-nya….cewek banget lagi :3

SoleMate

And one good thing leads to another better things. Perjodohan gue enggak berhenti sampai di para wanita kece ini. Lewat Connie Wong yang punya teman penyiar radio, Ade Aditya, gue dan Gelaph diundang ke studio Amirah 100.2 FM untuk bincang-bincang seputar Sole Mate! Huwow! My first experience ‘mengudara’. Kesan gue campur aduk, mulai gugup, grogi, tegang, tapi seneng. Ini dia nih proses siarannya klik di sini 😀

Watch On Youtube!
Watch On YouTube!

Dan tanggal 28 Juni kemarin, Launching Sole Mate resmi diadakan di BirdCage Resto JakSel. Nah ini dia foto-foto kece yang berhasil dibidik si ganteng Panji.

Mia dan Grahita di Launching Sole Mate
Mia dan Grahita, make up by @vanatigh

photo 2

Pembacaan Puisi Oleh @TiaSetiawati
Pembacaan Puisi Oleh @TiaSetiawati
Sebagian Penulis Yang Hadir (Ki-Ka: Tia, Teppy, Mia, Fatima, Grahita, Conni, Lia, Diar, Naya, Riesna, Fani, Eva, Cynthia)
Sebagian Penulis Yang Hadir (Ki-Ka: Tia, Teppy, Mia, Fatima, Grahita, Conni, Lia, Diar, Naya, Riesna, Fani, Eva, Cynthia)

photo 3

photo 3

Sesi Tanda Tangan
Sesi Tanda Tangan
Sesi Foto-Foto
Sesi Foto-Foto
Sesi Games
Sesi Games Read-bulaga
Sesi Tarot Reading Oleh @kikisuriki
Sesi Tarot Reading Oleh @kikisuriki
Yang Jaga Stand Buku: @dianabochiel & @udikers (Syuuuut!!! Mereka ini mantan lho :p)
Yang Jaga Stand Buku: @dianabochiel & @udikers (Syuuuut!!! Mereka ini mantan yang ketemu lagi di acara launching lho :p)

Terima kasih Tuhan atas Sole Mate.

Terima kasih Gelaph dan the Girls yang membantu terwujudnya Sole Mate.

Terima kasih penerbit Gradien atas terbitnya Sole Mate.

Terima kasih teman-teman yang sudah datang ke acara launching.

Terima kasih untuk pihak BirdCage dan Wondershoe atas kerja samanya.

Terima kasih para pembaca yang sudah merelakan pundi rupiahnya untuk mendapatkan Sole Mate. Jangan lupa bikin reviewnya ya, ada hadiah menanti dari kami 😀

photo (38)

Sudahkah Sole Mate menghiasi rak sepatu buku kamu?

Modus Cewek

Siapa bilang cewek enggak bisa atau enggak pernah ngemodus? Siapa bilang modus cuma milik laki-laki? Nah, untuk membuktikannya gue menginterogasi 2 cewek dengan kepribadian yang berbeda nih. Yang satu rame, cenderung agresif. Yang satunya lagi kalem, rada pendiam. Gue mau tau, kayak gimana sih gaya modus mereka pas lagi naksir cowok. Modus curhat? Modus minta tolong? Modus terima kasih? Duh itu sih biasa. Cowok sudah bisa ngebaca banget modus yang begituan. Makanya, kedua cewek ini mau berbagi modus mereka yang beda dan boleh banget lho dicontek 😀

Narasumber pertama gue, siapa sih yang enggak tau si ratu sempak Diana Bochiel (Belum tau? Wajar. Dia emang bukan selebtweet tapi selebtit** :p). Ini nih, trik-trik yang pernah doi pakai buat ngemodusin cowok.

1. Modus Salah SMS

Ini sih jaman purbakala banget, dasar anak lama lo, Chiel. Jijik banget ya modusnya, tapi ternyata jitu lho. Terbukti doi pernah SENGAJA kirim pesan ke gebetan yang isinya kayak gini:

 “Enggak usah jemput yah, mau ngojek ajah.”

Beep. Beep. Lalu dibalas:

“Woy salah kirim. Emang gue Bokap lo. Bilang aja kalo mau minta dijemput gue.”

(Hmmm ini sih kepedean juga ya cowoknya bales begini.)

 “Emang salah kirim kok :D”

Beep. Beep.

“Bilang aja kepikiran gue.”

(Aslik. Nih cowok malah jadi ngegombal. Sinyal nih kalau modusnya berhasil.)

Alhasil, mereka malah bisa sms-an dengan lancar setelahnya.

Gagal modus: Kalau sudah menggunakan trik salah kirim pesan dan enggak dibalas juga, mari cari mangsa baru.

2. Modus Hobi

Bochiel juga menerapkan trik ini dalam menggaet gebetan. Sebelumnya, doi udah tau nih tentang hobi si cowok, dan ini dia jadiin topik buat ngobrol.

(D):        “Eh, lo kan hobby naik gunung nih. Pasti belum pernah ke Gunung Kidul kan? Norak ah.”

(Co):      “Emang Gunung Kidul dimana?”

(D):        “Di Jogja, kampung gue. Pasti nanti lo bakalan sering kesana deh kalau udah jadi mantu Emak gue. Syudududu.”

(Co):      “Taeeeek. Hahahaha.”

Sumpah. Nekad juga nih si Bochiel bilang begini. Buat yang mau coba trik ini, gue enggak nanggung lho ya kalau gagal modus :p

Btw, modus hobi ini bisa juga dengan ngomongin film terbaru kalau gebetan lo suka nonton. Siapa tau bisa nonton bareng kan :p

3. Modus Kebetulan

Trik ini dipakai Bochiel pas kebetulan lagi ada di daerah kantornya si gebetan. Entah kebetulan atau sengaja nyamperin sih hehe. Doi langsung deh tuh BBM si cowok begini:

(D):        “Eh, kantor lo di Sudirman yang gedungnya kaca semua kan ya? Gue lagi ngelapin kacanya lho di luar.” (Bhahahahak! Aslik. Gue nenggakak sendiri pas Bochiel cerita ini.)

Mau enggak mau, si cowok biasanya akan ketawa dan bales sih. Minimal bales dengan “Hahaha.” juga. Setelah mendapat balasan, baru deh lanjutin BBM-nya enggak bercanda lagi.

(D):        “Enggak ding. Kebetulan lagi main ke kantor temen, deket kantor lo nih. ” (Bah, ngapain pula main ke kantor temen. Alasan :D)

Kalau lo beruntung, bisa ketemuan deh sama si cowok. Kalau gagal modus, masih ada Plan B sampai Z kok 😉

Kesimpulan: Melihat dari 3 modus Bochiel di atas, trik yang dipakai doi lebih ke modus bikin cowok betah. Siapapun itu, cowok atau cewek, biasanya emang akan lebih betah sama lawan ngobrol yang humoris. Itu kenapa Kiwil istrinya dua, dan Nunung gonta-ganti brondong. Nah kebetulan juga, mantan terakhir dan pacar sekarang Bochiel itu brondong. LOL

Narasumber kedua adalah pacarnya sahabat gue, namanya Sarah Puspita. Ternyata doi banyak make trik berikut ini, waktu PDKT sama pacarnya sekarang.

1. Modus Hipotermia

Beda sama Bochiel yang seringnya langsung nunjukin kalau lagi ngemodus ke cowok, Sarah ini lebih ke main kode (cewek banget ya hehe). Tapi yang gue amazed, doi sampai sering pura-pura kedinginan kalau lagi jalan sama gebetan, biar dipegang tangannya!! Aeh Sarah, diam-diam ya hahaha. Kalau lagi nonton di dalam bioskop, trik ini juga dipakai doi biar dipinjemin jaket.

Gagal modus: Beruntung sih cowoknya Sarah itu peka, pas si cewek kedinginan langsung megangin tangan dan kasih jaket. Ada lho cowok yang pas ceweknya kedinginan malah bilang, “Jaket kamu enggak dibawa emangnya?” Ada! Hahaha ya nasib 😐

2. Modus Tergelincir

Biasanya cewek emang suka nunjukin kerapuhan, biar cowoknya kasihan gitu. Rapuhnya si Sarah ini pas lagi jalan di trotoar. Cewek yang demen banget ber-heels ria ini suka tergelincir kalau melangkah. Tentu saja biar enggak jatuh dia langsung buru-buru megang lengan si cowok, dan si cowok akan panik dan sigap megang tangan lalu menggandeng biar jalannya Sarah aman deh. Well done, Sarah. *prok prok*

Catatan: Setelah beberapa tahun pacaran atau sudah nikah, cowok masih tertipu daya enggak ya sama trik beginian? Yang ada malah diomelin deh, “Makanya kalau jalan liat-liat!”

Doh 😦

3. Modus Minta Pendapat

Biar obrolan enggak putus, Sarah menggunakan trik nanya pendapat ke cowok untuk hal yang enggak penting. Pada suatu hari, di saat Sarah merasa lawan chatting-nya sudah mulai jawab pendek, dia akan mulai meminta pendapat untuk hal yang cuma cewek dan banci yang tau jawabannya.

(S):         “Eh menurut lo, gue bagusan poni miring atau rata.”

(Co):      [Draft]: “Asal bukan otak lo aja deh yang miring.”

[Sent]:  “Dua-duanya bagus kok :)”

(S):         “Ah….bisa aja *blushing*”

(S):         “Gue bagusnya make baju apa ya nanti pas kita ketemu?”

(Co):      [Draft]: “Enggak usah pakai baju aja deh.” (Eaaa, Kak. Eaaaa.)

[Sent]:  “Apa aja bagus kok :)”

(S):         “Ah….bisa aja *blushing*

Tapi trik ini rada bikin uring-uringan kalau jawaban si cowok ogah-ogahan sih. Ya berasa lah, apakah pertanyaan enggak penting cewek itu mengganggu atau justru menyenangkan si cowok. You’ll know it 😉

Tapi kalau jawaban doi jadi heboh begini,

(Co):      “Kayaknya mending poni rata deh Cyin, muka lo kan bulet gitu ya. Pasti lucu deh. Poni samping kan juga so last yeaaaar. Kalau baju, sih yang penting matching yeee.”

….mending cari cowok lain deh. Suer!

Kesimpulan: Melihat dari 3 modus Sarah di atas, trik yang dipakai doi lebih ke modus bikin cowok merasa dibutuhkan. Rata-rata cowok kan senang kalau si cewek itu butuh dia banget, egonya jadi terangkat gitu kan. Dimintai pendapat juga bisa bikin cowok ngerasa spesial. Tapi hati-hati, terlalu butuh dan berkesan manja atau nempel juga bisa bikin cowok ilfil. Makanya, cara Sarah ini boleh banget dicoba untuk bisa dapet perhatian cowok tanpa bikin ‘males’.

Intinya, sah-sah aja cewek ngemodus. Asal ada gunakan trik jitu dan enggak lebay yang jatuhnya murahan. Main cantik lah. Hihi. Selamat mencoba 😀

29 Bullets

Rasanya baru kemarin gue menulis birthday notes ini, eh hari ini udah 3 Mei lagi aja! If time was a man, he might be a great sprinter. Larinya cepet bgt cyin, udah lewat setahun lagi aja.

Di ultah tahun ini, gue sudah lebih ‘santai’. Mungkin karena justru tahun lalu itu lebih ke titik balik dalam hidup gue. Titik dimana gue banyak merenungi semua fase sedih dan senang yang gue alami. Titik dimana gue lagi bijak-bijaknya (tsaaaah).

Jadi, note gue kali ini hanya akan menekankan selama setahun ini apa saja sih yang sudah gue lewati. Baik itu kesalahan maupun pelajaran, yang gue rangkum dalam 29 poin (in no particular order).

  • Semakin bertambah banyak usia, semakin sedikit teman yang dapat dipercaya untuk jadi tempat curhat. Semacam 4L, lo lagi lo lagi. Sisanya, hanya dapat dibilang sebagai sahabat lama atau teman baik. Tapi sudah enggak pernah lagi berbagi cerita seperti dulu. Apalagi kalau mereka enggak aktif di social media, serius deh, sekarang sahabat dekat gue ya para anak Twitter. Gue justru bisa tetap update sama keseharian mereka ya lewat Timeline (TL). Kalau ketemuan pun, gue dan bocah-bocah malah suka bahas yang ada di TL. Dasar Twitter OD -__-“
  • Sometimes, you have to keep your own problem. Nobody really cares about it. Even your closest one. Kalau dibuat prosentase, kira-kira 60% orang yang dicurhatin itu enggak peduli, sisanya nyebarin. Meh!
  • Someday never comes. Dulu gue pernah menunggu janji seseorang yang bilang “Kalau suatu hari..bla bla bla..” itu akan ditepati. No! Never!
  • Bersyukur dan bersyukur. Jangan sampai jadi orang celaka. Selalu ingat kebaikan orang lain dan lupakan kebaikan kepada orang lain. What you give is what you get.
  • Dreams do come true. For some women, tercapainya adalah saat berhasil menikahi pria impian. For me, having fun in Paris it is \o/
  • Don’t rush into anything.
  • No matter how much I try to impress someone, I’m still not good enough for him. But hey, it’s his problem.
  • Orang cenderung berubah setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Dalam tahap awal suatu hubungan misalnya, cowok bisa baik dan peduli banget. Dia rela melakukan apapun demi menyenangkan cewek. Lama-lama juga berubah, malah menyepelekan. It happens to me.
  • Telling someone they’re wrong never leads to anything positive. Janji mau berubah karena salah cuma sekedar di mulut.
  • You only exist when you’re needed. Kalau enggak lagi ada perlu mah enggak bakal gue dihubungi orang. I try to deal with it.
  • Nungguin karma itu kelamaan, kasih pelajaran supaya mereka sadar kesalahan kadang lebih baik.
  • Jangan terlena sama kesendirian, jam biologis menjelang 30 sudah makin berdetak kencang. Tanda harus cepat kawin. Buat prioritas untuk mendapat suami, sudah bukan umurnya lagi dekat sama cowok tanpa ikatan. Apalagi sudah lewat satu tahun dari target nikah nih. Ya bisa saja gue bilang “Jodoh sudah diatur Tuhan dan akan datang tepat waktu”, tapi gue sudah enggak bisa lagi diam menunggu dan mempersiapkan diri dengan baik agar Tuhan segera mempercayakan seorang suami untuk gue urus.
  • Pada akhirnya, sesuatu akan membuat gue ingin belajar masak dan menyukainya. Padahal dulu enggak pernah mau mencoba sedikitpun.
  • Family comes first. Masa muda sudah cukup puas lah membangkang perintah Ortu, makin dewasa jadi mulai mikir kalau omongan Ortu itu ada benarnya. Jadi utamakanlah mereka.
  • Jealousy is the most useless emotion. Memang sih cemburu itu tanda takut kehilangan, tapi enggak guna. Yang benar adalah bersikap wajar. Nobody can never steal what’s meant to be yours.
  • Ada seseorang yang bisa mentolerir sifat jelek gue bukan jadi pembenaran untuk tidak berubah jadi lebih baik. Gue harus pelan-pelan mengikis sifat keras kepala dan suka menyudutkan orang lain.
  • Do not expect to much.
  • Mulai berharap Ted enggak ketemu dulu istrinya karena How I Met Your Mother  is too good to be ended.
  • Pertahankan orang yang mau melakukan apa saja untuk lo, tanpa diminta. Jika belum menemukan orang itu, keep looking.
  • Jangan terlalu mudah memaafkan orang lain, nanti orang mikir enggak apa-apa berbuat salah toh langsung dimaafin.
  • Whatever you do, people will always have things to say about you. Jangan diambil hati, jangan dipikirin. Kecuali mengganggu karir lo.
  • Stay away from anything that only can bring you down. Don’t care too much if you don’t want to get hurt.
  • Semandiri-mandirinya cewek, akan ada pria yang membuat dia jadi depending dan demanding.
  • Kalau cowok hanya mau menjadikanmu sahabat, artinya kamu kurang rupawan di mata mereka. Mana ada cowok yang mau sahabatan doang sama Asmirandah? Semua mau macarin. Yup, that’s the ugly truth.
  • Don’t compare your self to other, termasuk love story. Jangan iri sama kisah romantis orang lain.
  • Untuk mendapatkan sesuatu yang gue ingin enggak pernah tanpa perjuangan. Gpp, malah lebih bisa appreciate dan menjaga dengan baik.
  • Tinggalkan semua yang tidak menghargai keberadaan lo.
  • It’s oke to be sad. Terserah deh malamnya mau nangis atau depresi sekalipun, paginya harus berpenampilan baik dan menutupi apa yang terjadi semalam.
  • Nothing last forever, termasuk persahabatan. Orang yang selalu gue anggap sahabat, akhirnya tahun lalu pergi juga meninggalkan gue karena wanita. And what’s meant to be together will find its way back. Sahabat sejati pasti kembali, dan ia kembali. Tapi sampai kapan? Only God knows.

TJINTA

Kisah yang akan gue ceritakan ini, adalah kisah nyata yang terjadi di era EYD belum ditetapkan. Sekitar tahun 1950.

Wanita dan tjinta. Wanita, jika soedah sangat mentjintai pria maka ia akan mengorbankan apapoen demi membahagiakannya.

Hadeh capek gue harus nulis dalam ejaan lama, mentang-mentang mau berbagi cerita jadul. Biasa aja lah ya nulisnya. Okecip.

***

She was smart, until she fell in love.

Ungkapan itu benar, setidaknya terbukti pada Amini, seorang janda beranak 5. She was a strong woman. Bayangkan saja, dengan tegar ia dapat melanjutkan hidup dan mengurus 5 anak perempuan yang masih terbilang di bawah umur, ketika suaminya harus dipanggil menghadap sang pencipta.

Sebagai janda muda di kampung, ia kemudian mencari nafkah dengan membuka warung nasi dan menyewakan kamar kosong di rumah peninggalan suaminya.

Beruntung Amini memiliki saudara-saudara yang tidak kikir, yang bersedia membantu biaya sekolah ketiga anak perempuannya. Sehingga penghasilan wanita berusia 30 tahun itu, cukup untuk mengurus keperluan dua balitanya saja.

Ia pikir, kehilangan suami adalah kehilangan cinta dalam hidupnya. Ternyata, Tuhan menganugerahi lagi cinta yang dikirim melalui seorang pemuda yang berdiri di depan pintu rumah Amini di suatu Sabtu sore.

“Permisi, dengar-dengar ada kamar kosong disewakan? Apakah masih tersedia? Jika kondisi dan harga cocok, maka saya bersedia mengisinya.”

Kala, nama pemuda berusia 25 tahun itu, yang sedang menuntut ilmu di sekolah Guru Agama. Berwajah rupawan dan bertutur kata manis, membuat Amini terpesona.

Akhirnya Kala pun menyewa kamar tersebut. Hubungannya dengan Amini juga tak seperti anak kos dengan ibu kos. Tapi mereka cukup dekat berteman. Suatu ketika, Kala menghampiri Amini yang sedang menyuapi si bungsu makan.

“Sini Mbak, saya bantu gendong si bungsu. Biar gampang nyuapinnya.” Tanpa menunggu persetujuan, Kala sudah menggendong bayi kecilnya Amini. Pertama, pria ini pintar sekali mengambil hati wanita.

“Ngomong-ngomong gak apa-apa kan ya saya panggil Mbak, bukan Ibu Kos. Abisnya Mbak, terlalu muda dan cantik untuk disapa ‘Bu’.” Senyumnya mengembang.

Kedua, pria ini juga pintar menyenangkan hati wanita.

Amini hanya tersipu malu.

“Saya…sebenarnya…betah tinggal di sini, tapi sepertinya hanya sampai akhir bulan ini.” ujarnya sambil mengelapi mulut mungil bayi yang berecetan makanan.

Amini kaget mendengar ucapan pemuda yang diam-diam mencuri perhatiannya ini. “Ke..napa memangnya?”

Kala menghela napas. “Uang kiriman Ibu saya tidak sebanyak dulu lagi, hanya cukup untuk biaya sekolah dan makan. Saya harus cari sewa yang lebih murah.” Ketiga, pria ini dengan mudahnya membuat wanita lemah dan mengkasihaninya.

Tiba-tiba muncul perasaan takut kehilangan pemuda ini dalam diri Amini. Satu atap selama 3 bulan terakhir memang sudah cukup membuat Amini uring-uringan, tetapi membiarkan pria ini keluar dari rumahnya adalah hal yang akan memusnahkan kebahagiannya.

“Jangan pergi. Hmmm..maksud saya, eh..” Amini terbata-bata, bingung bagaimana harus mengutarakan ide gilanya.

“Kala bayar setengah harga saja. Setengah lagi, kamu bayar dengan bantu mengasuh anak saya dan membantu saya di dapur. Bagaimana?”

Kala terdiam.

“Sayang sekali kalau pendidikan kamu tersendat karena biaya, tinggal setahun lagi kan?”

Kala masih berpikir, garis kepalanya mengerut. Lalu ia tersenyum lagi.

“Ah Mbak ternyata gak cuma cantik, tapi baik hati. Saya terima penawarannya.” Tangan pria itu kemudian menggenggam tangan Amini.

Keempat, rayuan pria ini mulai membuat Amini tak berdaya.

Kelima, beberapa bulan kemudian ia melamar Amini.

“Aku memang tak punya apa-apa dan tak bisa menjanjikan kehidupan layak untukmu dan anak-anakmu, Amini. Tapi aku jatuh cinta padamu, dan ingin segera menghabiskan sisa hidupku bersamamu.”

“Kalau sudah lulus nanti, aku langsung mengajar dan berstatus pegawai negeri. Itu cukup untuk hidup kita, anak-anakmu, dan anakku yang kelak kamu lahirkan. Ijinkan aku menjadi suami yang akan menjadi pelindungmu, sayangku.”

Singkat cerita, Kala akhirnya berhasil pindah dari kamar sewa berukuran 2 x 1.5 m ke kamar Amini. Sebagai seorang Isteri yang sangat mencintai suaminya, ia bahkan rela membiayai seluruh pendidikan Kala sampai selesai, dari hasil jualannya.

Setelah setahun berumah tangga, Amini dan Kala dianugerahi bayi laki-laki. Sayangnya, ketika sang bayi baru berusia 6 bulan, Kala harus mutasi pekerjaan ke luar kota.

Amini berhasil dibujuk oleh Kala agar tidak bersedih. “Tiap Jumat sore kan aku pulang sampai Minggu. Masa kamu mau menghalangi tugas suami mencari nafkah?”

Bertahun-tahun lamanya, Amini dibuat percaya oleh suami tercinta. Amini mengira, di kota tempatnya bekerja, Kala tinggal di sebuah kamar kontrakan. Bukan di kamar anak kepala sekolah tempatnya mengajar.

Ya, Kala ternyata menikah lagi.

Hati Amini hancur seketika, ia tak terima dimadu. Namun lagi-lagi, Kala dengan hebatnya dapat meyakinkan Amini agar dapat menerima poligami ini.

Cinta. Cinta yang membuat Amini bertahan.

Kala bahkan meminta Amini merahasiakan statusnya sebagai isteri pertama. Rupanya Kala mengaku sebagai bujangan, dan demi karir yang cemerlang ia mendekati anak gadis atasannya.

Amini hanya bisa pasrah, walau menangis dalam hati.

Namun lama kelamaan suaminya tak pernah pulang lagi. Sebulan sekali saja sudah bagus, tapi sayangnya Kala justru pulang saat sedang susah.

Amini yang sangat mencinta Kala lupa segala kesedihannya saat Kala datang, dengan sabarnya ia melayani suaminya itu.

Dan kembali menangis ketika suaminya pergi lagi.

Kelima anak perempuan Amini yang semakin tumbuh besar dan sudah mengerti apa yang terjadi, berusaha untuk menyadarkan Ibu mereka.

Putri ketiga Amini adalah yang paling membenci Ayah tirinya itu. Ia yang paling sering mengingatkan Ibunya.

“Ibu sadarlah, untuk apa masih mempertahankan laki-laki yang sudah menyakiti Ibu. Demi Tuhan, ia sudah menduakan Ibu. Dan Ibu masih mau baik padanya?”

Amini hanya dapat menangis, menangis, dan menangis.

***

Di suatu siang, Amini menerima sebuah surat. Setelah dibuka, ternyata isinya ada 2 lembar. Lembaran pertama berisi pernyataan cerai dari pengadilan agama, dan lembar berikutnya ditulis sendiri oleh Kala. Permintaan maaf, karena ia dipaksa hanya memiliki satu isteri. Dan pilihannya jatuh pada isteri mudanya.

Amini sayang,

Maafkan aku, aku harus melakukan ini. Aku tak punya pilihan. Terima kasih telah hadir dalam hidupku ya, kamulah penyelamatku.

Satu hal yang kamu perlu tahu, aku selalu mencintaimu. Kamu cinta pertamaku, tak ada yang dapat memberikan kenyamanan selain dirimu.

Kamu, wanitaku, tempatku selalu menginginkan pulang.

Anak-anaknya prihatin dengan keadaan Amini yang bertahun-tahun hidup dalam kepedihan. Ia sering menangis tiba-tiba. Di kamarnya, masih terpajang foto pernikahannya dengan Kala. Bahkan foto suami pertamanya saja sudah tak ada.

Beberapa pria sebayanya sempat melamar Amini setelah kembali menjanda, namun Amini menolaknya.

Tak ada yang salah dengan keputusan Amini untuk hidup sendiri tanpa pria. Tak salah juga hatinya yang tak dapat melupakan Kala. Toh Kala adalah Ayah kandung dari putranya, sesekali Kala juga masih datang ke rumah Amini untuk mengunjungi putra mereka.

Yang salah adalah, Kala masih memanfaatkan kelemahan Amini karena tahu wanita itu masih sangat mencintainya. Setiap mantan suaminya itu datang, ia pasti akan menyiapkan masakan enak. Dan setiap suaminya pergi, Amini juga membekalinya sesuatu.

Ah Amini, mau sampai kapan harus berkorban demi Kala?

Dan jawabannya adalah tak pernah. Sampai putri-putri dan putranya dewasa dan menikah, bahkan memiliki banyak cucu, Amini masih mencintai mantan suaminya itu.

***

Semalam tadi, gue baru saja mendengarkan cerita lengkap ini dari putri ketiga Ibu Amini, yang tak lain dan tak bukan adalah Mamah gue!

Ya, gue adalah keturunan Ibu Amini yang cinta mati pada pria, sampai rela melakukan apa saja. Kisah ini membuat gue merenungi kisah sendiri. Jangan-jangan, gue sangat mewarisi gen Nenek gue itu. Gue pun seperti dia ketika mencinta, begitu dalam, begitu hebat, dan tak ragu untuk berkorban.

“Sehabis Ibu pulang umroh kemarin sih sudah ngajakin anak-anaknya ngobrol. Minta ijin, katanya dia sama Bapak Kala ada rencana mau balikan. Rujuk.” Sungguh penutup cerita yang membuat gue terkejut.

Apah? Balikan? Astaga! Tuh kan, jangan-jangan memang benar, gagal move on itu faktor turunan juga!!

Baiklah, anggap saja ini sebuah peringatan buat gue dan membuktikan dugaan faktor keturunan itu salah.

Ps. Nama-nama pada kisah ini disamarkan.

11 Menit Terpenting Dalam Hidup

“Bali…I’m coming.” pekik gue waktu tiket ke Bali akhirnya issued juga untuk tanggal 14 April 2013.

Terakhir kali ke Bali akhir tahun 2011 dan gue emang udah kangeeeen banget sama Bali. Gak ngebosenin sih.

Lalu sabtu sore waktu gue lagi santai-santai nonton TV, ada breaking news kalau pesawat Lion tergelincir saat mencoba mendarat di Ngurah Rai. What?! *tv zoom in zoom out*

Pesawatnya nyusruk ke laut dan sampai patah bagian ekornya. Mendadak gue langsung pingin pipis setelah menonton berita itu (gue kalau gugup emang pingin pipis bawaannya, red.).

Untungnya (masih ada untungnya) semua penumpang dan crew selamat dari kecelakaan tersebut. Dan biasanya yang suka kecelakaan pesawat itu kalau pesawatnya sudah tua, nah ini baru 2 bulan terbang. Udah gitu kapten pesawatnya juga sudah senior. Wallahu Alam deh apa sebabnya kecelakaan tersebut, yang jelas apapun bentuk kecelakaan pasti membuat siapapun takut. Gak terkecuali gue, yang H+1 juga mau terbang ke Bali.

Meskipun maskapai yang gue pakai termasuk bagus karena mengutamakan keselamatan (that’s why harganya mahal), tetep aja kan enggak boleh takabur. Kapal Titanic yang disinyalir unsinkable aja akhirnya karam di dasar laut.

Tapi apa kita harus pasrah? Ya, namun sebagai penumpang pesawat kita juga harus waspada dengan memahami apa-apa yang penting ketika menaiki pesawat, termasuk di dalamnya adalah petunjuk keselamatan.

Pertama kali gue naik pesawat sekitar tahun sekian (maaf gue lupa :p), teman seperjalanan gue memberitahu kalau masa-masa paling mendebarkan saat terbang itu adalah saat take off dan menjelang landing. Jadilah gue kebelet kencing saat itu (karena gugup, gue sudah jelaskan di atas), saat pesawat lagi ‘nge-gas’ kenceng bangeeeet lalu take off ke udara. Gue yang masih belia saat itu cuma bisa mencengkeram erat pegangan kursi.

Dan saat tanda memasang sabuk pengaman dimatikan, gue segera menghambur ke toilet. Setelah itu baru gue bisa menikmati mengambang di antara awan biru.

Lagi asik-asik ngelamun ngeliatin awan, lalu suara kapten terdengar untuk memberitahukan pesawat akan segera landing. Lalu teman gue itu berbisik, “Berdoa, Mi. Mau landing nih. Saat-saat yang juga menentukan.”

Dengan kuping yang sedikit budeg akibat tekanan udara, gue enggak gitu dengar apa kata dia. “Lo ngomong apaan sik?”

“Berdoaaaa, mau landing. Jangan sampai gagal.” teriaknya.

Spontan tangan gue jadi keringet dingin, mulut komat-kamit mengucap Ayat Kursi supaya pesawat bisa mendarat dengan sempurna. Namun yang terjadi adalah…

DUG!

Roda pesawat menubruk landasan sampai pesawat sedikit terpental sekian centi dari permukaan aspal. Berarti keras banget kan tuh benturannya, sampai berbanting gitu.

Yang pasti jantung gue mau copot! Ini pesawat apa metromini, kasar banget pilotnya! Pikir gue saat itu.

Sejak saat itu, tiap gue mengudara (kok kedengaran kayak siaran ya?) selalu tegang di dua tahap itu.

Dan gue baru tahu, memang dalam dunia penerbangan, ada yang namanya Critical Eleven Minutes. Yaitu saat-saat kritis pesawat adalah 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing. Saat itu pesawat sedang dalam kondisi paling lemah dan rentan terhadap berbagai bahaya. Itu juga mengapa, keadaan pesawat harus dalam kondisi normal. Kursi kembali ditegakkan, penutup jendela dibuka, dll.

Sebagai penumpang yang mementingkan keselamatan, harus mematuhi aturan terutama selama 11 menit itu. Jangan tersinggung kalau disuruh mematikan semua alat elektronik. Atau lagi enak-enak nyender, eh disuru menegakkan kursi. Ikutin aja pokoknya.

Ini gue kutip dari internet

According to David Palmerton, a US Federal Aviation Administration (FAA) expert on plane crashes, these are the crucial 11 minutes when you need to be alert on an airplane. The three minutes during takeoff and final 8 minutes before landing are when 80% of plane crashes occur, usually due to wet weather. Stay sober, hold off on your nap, and don’t bury your face in a book and follow the plus three, minus eight rule.

Musibah Lion di Sabtu sore silam itu, ya contoh salah satu kecelakaan pesawat pada saat landing.

Amit-amit nih ya, jangan sampe sih. Kalau bisa barang penting spt dompet dan HP jangan ditaruh di kabin, tapi inside your pocket! Selama masih bisa menyelematkan diri, pikirkan diri sendiri. Jangan mikirin bawaan di dalam kabin!

Dan Alhamdulillah, setelah melalui masa-masa menegangkan dan ketakutan yang meningkat 2 x lipat, paska tragedi Lion, Minggu siang kemarin pesawat Airbus yang gue tumpangi mendarat dengan cantik.

Fiuh.

Khususnya mengenai terbang ke Bali, konon, sesenior apapun pilotnya dan sebagus apapun pesawatnya, tidak boleh sombong. Para pilot mitosnya harus ijin dulu ke para Dewa yang melindungi pulau tersebut.

Menurut salah satu penduduk Bali yang gue ajak ngobrol, dia bilang..

“Pesawat kan datang dari atas, sedangkan di bawahnya banyak Pure (Pura), jadi harus sopan…minta ijin bilang permisi.” jelasnya dengan patah-patah khas Bali.

Baiklah, intinya tetap rendah diri kan. Gak boleh takabur dan yang terpenting adalah berdoa, agar bisa melewati masa-masa terpenting dalam hidup, yaitu 11 menit saat terbang di udara. 11 menit dimana kita dihadapkan dengan resiko kematian. Boro-boro mikirin Orang Tua, kerjaan, pacar, mantan, atau sudah move on belum? Boro-boro! Yang terpenting adalah hidup kita.

Tetap semangat traveling ya! Because…

traveling is facing your biggest problem, flying is one of them.