A Hopeless Romantic Traveler: Little Things That Matter

Kebanyakan cewek tuh kalau traveling sehari atau seminggu bawaannya ya sama banyaknya. Sama rempongnya! Ya kan? Ngaku deh.

Kalau baju, sepatu atau tas yang memenuhi koper sih dimaklumi. Nah masalahnya, perintilan cewek tuh bisa makan tempat satu koper sendiri. Gue lah contohnya, tiap bepergian enggak pernah tuh bisa bawa satu koper ukuran kecil. Padahal mungkin perginya cuma dua hari.

Sepertinya barang-barang toiletris gue akan pindah ke dalam koper. Mana kan botolnya segede-gede gaban. Hal ini bikin traveling gue enggak praktis, karena tas yang keberatan barang-barang yang enggak mungkin gue tinggal.

Mengingat pentingnya barang kewanitaan, membuat gue merasa wajib bin kudu mengumpulkan barang-barang tersebut dalam ukuran kecil atau disebut ‘travel size’. Kalau misalnya sulit mendapatkannya, bisa juga dengan membeli botol kecil khusus untuk travel yang banyak dijual di supermarket atau toko pernak-pernik di mall. Pindahkan sampo dan sabun dan apa saja yang dibutuhkan sehari-hari ke dalam tuh botol.

Alhasil, gue bisa meminimalkan dari yang tadinya memakan tempat hapir setengah koper, menjadi satu pouch saja.

Taraaaa…..

photo 1

Bagi cewek-cewek yang serempong gue di luar sana, nah ini gue mau berbagi tips bawaan apa saja yang diperlukan ketika traveling, tapi tetap ringkas.

1. Shampoo + Conditioner 

Syukur-syukur kalau sampo yang biasa lo pake itu udah 2 in 1. Sayangnya sampo andalan gue masih terpisah sama conditioner-nya. Apalagi mengingat rambut gue yang susah banget nemu shampoo yang cocok, bikin gue enggak bisa sembarangan memakai shampoo. Jadilah kemana-mana selalu membawa dua botol kecil ini. Tiap nge-gym pun gue akan selalu gue bawa.

Kiehls Shampoo + Conditioner
Kiehls Shampoo + Conditioner

Selain itu, gue juga akan bawa dry shampoo yang sangat berguna banget waktu gue di Cappadoccia. Cuaca saat itu dinginnya mencapai minus 2 derajat celcius!!! Menurut lo gue mandi gitu di sana? Ya enggak laaah. Buset, buat pipis saja perjuangan banget, apalagi mandi dan sampoan! Kalau gue enggak keramas sehari saja, rambut gue akan mudah lepek karena saking tipisnya (ya nasib).

photo 2

Thanks to the invention of dry shampoo yang bisa menyelamatkan gue dari bebas lepek tanpa keramas selama 2 hari di Cappadoccia. Jadi kan foto-foto gue bisa bagus. Hehe.

2. Sabun

Selama masih bisa memanfaatkan sabun dari hotel, gunakan saja jadi enggak perlu bawa dari rumah. Buat apa mengkhawatirkan kulit toh kan traveling-nya enggak lama-lama. Begitu pulang tinggal spa dan scrub juga beres 😀

3. Sabun muka

Yang satu ini penting banget dan runyam kalau sampai ketinggalan. Kalau bisa punya travel size-nya biar ringan.

4. Pembersih muka

Sehari-hari paket pembersih wajah yang gue pakai selain cleansing soap adalah make up remover, milk cleanser, dan toner. Bok, enggak mungkin lah ya gue bawa tiga botol besar begitu. Nah, selama traveling gue enggak akan membawa ketiganya tapi cukup di-replace sama cleansing wipesCleansing wipes itu kayak tissue basah untuk muka, hanya saja lebih nampol buat bersihin muka. Bahkan bisa mengangkat sisa make up yang waterproof sekalipun. Praktis kan?

5. Lotion + Lip balm

Kalau traveling ke tempat yang punya musim dingin sih wajib membawa 2 barang ini supaya kulit enggak kering dan menghindari bibir pecah-pecah. Nanti lipstick-nya enggak oke di bibir 😦

6. Obat muka

Cewek yang berusia di akhir 20 sudah seharusnya merawat wajah, enggak terkecuali pada saat traveling. Bayangin aja, kalau pagi dan malam harus pakai serum yang beda. Jadi harus banget punya tube ukuran mini untuk membawa berbagai obat muka supaya enggak ribet.

7. Fragrance

Pingin selalu wangi tapi malas bawa botol parfum? Bawa miniatur-nya dong ah 😉

8. Feminine tissue

Wajib dibawa kalau traveling ke negara yang menganut ‘dry cleaning‘ kayak di Eropa. Mau cari ke mana juga enggak akan nemu air di toilet, so tissue ini adalah penolong.

9. Foot spray

Traveling adalah satu-satunya yang hal bikin gue mau jalan kaki berlama-lama, setiap hari. Kasihan banget kan kakinya kalau enggak dimanjain sehabis jalan jauh. Pakai foot spray deh supaya si kaki bisa refresh.

Itu tadi perintilan yang biasa gue bawa saat traveling. Biar kecil tapi penting banget, selevel di bawah passport dan uang lah 😀

Semoga bisa membantu kamu-kamu yang sedang mempersiapkan bawaan untuk liburan ya. Happy traveling!

Pindah

Menyambut pergantian tahun kemarin, gue menginap di salah satu hotel berlokasi di Setia budi, Kuningan. Tanggal 31 sore ketika itu, tanpa sengaja gue melihat persis di sebrangnya ada kos yang sedang menerima penghuni baru. Hanya tersisa 1 kamar. Gue iseng menyatroni kos-kosan bernama Kencana Residence tersebut. Seperti cinta pada pandangan pertama, gue langsung suka. Harganya juga cocok.

Tanpa pikir panjang, gue langsung yakin banget akan pindah kos segera. Rencana ini sebenarnya sudah berbulan-bulan lamanya gue pertimbangkan, tapi enggak kunjung terlaksana.

Mungkin karena selama ini kurang yakin jadi berat rasanya meninggalkan kos lama. Terlebih kenangan di dalamnya yang sulit gue lepas. #tsah

Sama kayak move on sih, kalau dipaksain banget malah enggak berhasil. Ujung-ujungnya ya balik lagi balik lagi. Tapi kalau enggak diniatin malah dimudahkan jalannya.

Seperti gue yang secara tiba-tiba menemukan ‘rumah’ baru dan yakin akan keputusan untuk pindah. Suasananya pun mendukung. Tahun baru, penampilan baru, dan tempat tinggal baru.

Tapi ternyata, kepindahan gue ke kos baru ini belum dikehendaki sama Allah.

Sebelum gue memberi uang tanda jadi, tentunya harus memastikan dulu apakah kendaraan tersedia untuk mobilisasi dari kos lama ke baru. Karena kalau gue enggak mau dibebankan biaya sewa bulan Januari di kos lama, ya gue harus pindah di hari pertama bulan Januari ini juga!

Segeralah gue mencari sana sini sewa mobil untuk membantu kepindahan. Sayangnya, mungkin karena masih suasana libur agak sulit mendapatkannya. Sekitar jam 5 sore, barulah confirm kalau mobilnya siap dipakai. Lalu gue langsung menghubungi penjaga kos baru untuk mengabari kalau gue jadi menghuni kamar itu.

Dan si Mas penjaga pun sebelum menjawabnya malah mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan. Perasaan gue enggak enak.

“Baru saja sejam lalu ada yang isi. Maaf ya, Mbak.”

Gue telat! Cuma selisih satu jam 😦

Emang belum jodoh sih ya. Kembali lagi, manusia hanya bisa berusaha tetapi Allah berkehendak lain. Gue, masih disuru menempati ‘rumah’ yang lama.

Morale of the story: mau pindah kos aja kok ya gue sulit banget sih. Apalagi pindah yang lain 😐

20140101-215340.jpg

Hair Cut

Perhatian:
Tidak disarankan membaca tulisan ini dengan diiringi alunan lagu Wracking Ball-nya Miley Cyrus.

A woman who who cuts her hair is about to change her life. – Coco Channel

Yap, untuk memulai kehidupan baru gue di 2014 ditandai dengan potong rambut. Sebenarnya emang karena rambut gue yang sudah makin banyak rontok dan ujungnya yang agak kelihatan bercabang sih.

Selama 2013 kemarin gue mempertahankan rambut gue, sama sekali enggak dipotong (kecuali poni) demi memiliki impian punya rambut panjang sepunggung. Bayangin aja ya, satu tahun gue menunggu dan apa yang terjadi? Rambut gue malah rusak. 

Padahal kata hair styler, kalau mau rambutnya mudah panjang mesti sering dipotong ujungnya yang ‘mati’, jadi bisa memancing pertumbuhan. Hal itu juga sudah gue lakuin dan tetap saja rambut gue enggak bisa panjang lagi. Lima senti meter lagi aja menuju panjang rambut impian gue tapi tetap enggak bisa. Dan sudah satu tahun lho, catat, SATU TAHUN!

Emang nih, rambut gue sepertinya sudah mentok. Sama kayak hati gue…

EAAAAAA.

Menjelang penghujung tahun 2013 kemarin, gue iseng ke salon di Plaza Senayan. Niatnya cuma mau rapihin aja karena gue masih keras kepala (dasar taurus) untuk mempertahankan rambut panjang gue. Resolusi punya rambut sepunggung yang gak kesampaian di 2013 ceritanya mau gue lanjutin di 2014.

Karena salon di PS ini bukan salon langganan, jadi gue asal saja memilih hair styler yang akan merapikan rambut gue. Baru aja memegang beberapa helai rambut gue, dia sudah komen begini.

“Rambut kamu tuh tipis dan halus. Makanya rontok, dipanjangin sih. Maksimal tuh biar tetap sehat ya sebahu aja, boleh lah lebih sedikit.”

Bengong lah gue. Sebahu? Hellooo, not even in my wildest dream. Gue sahutin aja komen si Mbak itu.

“Yah, saya maunya punya rambut sepunggung. Udah setahun nih manjangin, tapi kok sepertinya mentok ya.”

“Ya seperti kata saya tadi. Rambut kamu enggak mampu lagi tumbuh lebih panjang, karena enggak sehat. Akhirnya malah jadi rontok. Dipotong sebahu aja ya?”

ENGGAAAAAK MAUUUUU.

“Kamu pilih mana? Panjang tapi enggak sehat atau pendek tapi sehat? Kamu enggak sayang ya sama rambut sendiri dibiarin enggak sehat begitu?”

DEG!

Ucapan dia sedikit menampar gue. Enam puluh detik kemudian membawa gue pada titik yang akhirnya membuat gue sadar. Ternyata, selama 2013 ini gue sudah mempertahankan sesuatu yang salah.

Setahun gue menunggu rambut yang bisa panjang sepunggung dan hasilnya tidak sesuai harapan.

Setahun, sejak awal membuka lembaran 2013 bersamanya di samping gue-seseorang dari masa lalu yang kembali lagi ke hidup gue- gue menunggu keajaiban dia akhirnya akan menjadikan gue bagian dari masa depannya. Menunggunya dengan sabar untuk meresmikan hubungan kami ke jenjang lebih serius.

Di telinga gue, suara si Mbak salon yang mengatakan sel rambut gue sudah rusak sehingga enggak bisa panjang lagi bergantian dengan suara si dia yang menyatakan bahwa gue enggak bisa menjadi calon isterinya. Dia sudah sangat yakin dengan keputusannya itu, kalau kami hanya bisa menjadi sepasang sahabat.

Gue sudah memaksakan sesuatu yang tak mungkin. Lalu, apa lagi yang masih gue tunggu?

Rambut gue sudah rusak, serusak hati gue karena kenyataan pahit bahwa punya rambut panjang dan menjadi isterinya itu hanya mimpi belaka. Mimpi yang tak akan menjadi kenyataan dan sudah seharusnya enggak boleh lagi gue teruskan di kehidupan baru gue.

Lima senti meter lagi aja menuju panjang rambut impian gue tapi tetap enggak bisa. Me and him, we’re just a breath away. So close yet so far. Gue masih tak mampu merebut hatinya. 

In the end, all the things that matter is how to gracefully let go of things not meant for us. No?

“Oke, Mbak. Aku siap dipotong rambutnya.” Ucap gue dengan mantap. 

Image

I’m ready to let you go.

Akhirnya, pergulatan gue selama setahun untuk mempertahankan atau melepaskan selesai sudah. Keputusan yang gue pilih atas dasar kesayangan gue pada diri sendiri. Gue enggak boleh membiarkan rambut gue jadi makin tidak sehat. Begitu pula dengan hati gue.

Image

Happy new year everyone. May 2014 be your best ever.

Curriculum Vitae: (Pernah) Melontang-lantung

Week end kemarin, waktu gue balik ke rumah si nyokap cerita kalau teman lama bokap gue berkunjung dan dia bawa anaknya. Gue udah sakit perut duluan, apa gue mau dijodohin? Gue mulai panik dan dag dig dug mikirin ganteng enggak ya doi…

Ah, tapi ternyata itu cuma pikiran jelek gue aja. Anaknya perempuan, dan mereka memang datang membawa lamaran. Tapi bukan lamaran pernikahan, melainkan mereka datang untuk minta tolong dicarikan pekerjaan oleh gue. Gue? Enggak salah tuh?

“Mia kan sekarang sudah sukses, bisa kali ya bantuin anak saya dapet kerjaan.” Ujar sebut saja Om A, si teman bokap gue itu, yang diceritakan ulang oleh nyokap gue.

Amiin kalau gue dibilang sukses. Tapi gue cuma pegawai biasa, kantor gue bukan punya moyang gue yang bisa dengan gampang masukin kerabat untuk bekerja di perusahaan. Bukan, gue juga cungpret.  Gue pun dulu melalui tahap yang panjang untuk akhirnya bisa bekerja di tempat gue sekarang untuk mengais lembaran rupiah.

Tapi gimana gue enggak terenyuh mendengar cerita si Om A, anaknya baru saja lulus tahun ini dengan mengantongi gelar Sarjana Ekonomi. Dia sudah mengirimkan lamaran ke pabrik-pabrik yang tersebar di daerah Anyer dan Merak, yang merupakan domisili tinggal mereka tapi sampai sekarang belum ada hasil. Minta bantuan sampai ke rumah gue mungkin sudah pilihan terakhir. Sayangnya, gue enggak bisa kasih janji.

Pertama, karena gue tahu kantor tempat gue bekerja tidak sedang membutuhkan karyawan baru. Membawa lamarannya ke HRD hanya akan memberikan harapan palsu, karena gue tahu paling-paling ditumpuk begitu saja. Kedua, jika sedang open recruitment pun kantor gue menggunakan jasa pihak luar, sehingga lamaran pun diproses melalui mereka.

Duh enggak tega sih, tapi biarlah. Lontang-lantung dan berjuang dapat pekerjaan adalah proses yang harus dilalui setiap insan yang baru lulus kerja. Pernah melontang-lantung kalau bisa dimasukin di CV, masukin deh. Idealisme mengaplikasikan ilmu saat kuliah jadi bikin semangat untuk cari kerja sana – sini. Justru kalau menurut gue sih, akan lebih kerasa manis ya, mengingat susahnya dulu cari kerja. Dan gue pribadi jadi menghargai usaha gue sendiri dengan enggak menghamburkan hasil jerih payah gue dan bekerja dengan baik, di tengah banyaknya isu korupsi dan gratifikasi yang lagi populer sekarang ini.

Ah, gue jadi inget bukunya si Roy, sahabat sekaligus rekan berbagi royalti di Trave(love)ing. Judul bukunya  Lontang-Lantung, sebelumnya berjudul Luntang Lantung. Justru awal tahu kalau Roy itu penulis ya lewat Luntang-Lantung ini. Sekarang, dicetak ulang dengan judul sedikit diperbaharui karena mau difilmkan! Tuh berarti keren kan bukunya. Emang keren.

photo (41)

Ceritanya simpel dan mewakili anaknya si Om A banget. Lulus kuliah, so what’s next?

Dari awal Roy memperkenalkan tokohnya yang bernama pasaran (dan mirip nama mantan gue, hiks) saja sudah bikin nyengir, gue ketawa terus setiap membalik halaman demi halaman. Sesuai judulnya, sudah bisa diduga jalan ceritanya yang mengisahkan susahnya cari pekerjaan.

Well, rata-rata dari kita semua pernah mengalaminya kan? Berbekal ijazah kuliah, pengetahuan yang dijejali dosen selama kurang lebih 4 tahun, dan doktrin lulusannya paling sial jadi Menteri (ehm, itu sih moto sombongnya kampus gue), bikin anak kuliahan yang baru lulus dan beridealis tinggi untuk mendapat pekerjaan yang bagus.

Sama kayak gue dulu, sama dengan si tokoh di Lontang Lantung itu, dan begitu juga dengan anak si Om A tadi. Ada hal yang karena idealisme yang dianut tersebut bikin kita gengsi bekerja di tempat ecek-ecek. Kita lupa satu hal, angka pengangguran setiap tahun tinggi, bro. Yang penting cari pengalaman dulu, untuk batu loncatan jenjang karir berikutnya. Jangan malu meski hanya mengawali karir sebagai seorang salesman oli XD

Om A melihat kantor gue yang menurutnya oke, lalu berusaha memasukkan anaknya agar bisa bekerja di situ lewat gue. Mana bisa instan, apalagi gue sendiri yang mengalami harus melewati beberapa tahap tes. Mulai dari psikotest menjumlah deretan angka yang bikin tangan keram dan leher pegal-pegal. Sampai diskusi kelompok yang membahas barang apa yang harus dibawa ketika terjebak sendirian di bulan. What the hell are you thinking going to the moon and stuck there??? Hadeh.

Tapi sebenarnya gue cukup beruntung, enggak salah ambil jurusan yang sejujurnya dipilihkan sama nyokap gue dulu. Ingat tentang tulisan gue yang cinta banget sama pelajaran fisika? Dulu cita-cita gue ketika SMA adalah melanjutkan studi teknik sipil. Adalah nyokap gue yang menentang habis-habisan pilihan gue. Kata dia, masa perempuan jadi tukang bangunan?? Ya kali Maaaaah. Satu-satunya alasan gue menuruti maunya nyokap adalah, doi saat itu sampai sakit-sakit yang belakangan gue tahu kalau itu cuma taktiknya saja. Pffft.

Karena gue waktu sekolah ada di jurusan IPA, untuk mengambil ujian SPMB (sekarang namanya apa ya?) maka gue harus mengambil ujian IPC. Gue tuh benci banget sama mata pelajaran IPS kayak ekonomi, akuntansi, dan geografi. Kecuali pelajaran sejarah yang gue suka banget, itu kenapa kali ya gue suka terjebak di masa lalu. Eaaaa.

Jadi untuk bisa jebol pilihan pertama SPMB yaitu akuntansi, gue sampai ikut les ,pemirsa. Itupun tetap saja nilai try out gue jelek. Tapi memang gue sudah digariskan untuk jadi akuntan, akhirnya gue berhasil tembus jurusan akuntansi di salah satu kampus favorit yang ada di Depok. Dan akhirnya, gue menjadi auditor garis keras sampai sekarang.

Awalnya jadi auditor, karena ya mana lagi kantor yang menerima karyawan belum lulus untuk bekerja? Sambil menunggu jadwal sidang kompre gue keluar, daripada enggak jelas di kampus gue dan beberapa teman melamar ke KAP 2 huruf yang lokasinya di twin towers bilangan SCBD. Seminggu setelah wawancara gue langsung diterima, lalu besoknya mulai bekerja, tepatnya tanggal 1 Desember 2005 (Njir, sudah lama banget ya gue kerja, kalau anak sih sudah masuk SD). Enggak tanggung-tanggung, langsung dijeburin ke kantor klien yang alhasil bikin gue nangis karena berantem sama klien di hari pertama kerja.

Begitu berat kerjaan gue sampai-sampai ketika besoknya sidang, malamnya masih lembur. Tega pisan ih. Gue lulus kompre bulan Januari 2006, diwisuda bulan Februari 2006.  Empat bulan kemudian diangkat jadi karyawan tetap dan akhirnya pensiun dini di bulan September 2009.

Lalu apakah gue akhirnya pensiun juga dari profesi auditor? Enggak, gue masih dikasi rejeki sebagai auditor. Di kantor setelah KAP dua huruf pun, gue masih bekerja sebagai auditor. Biarlah tetap menjadi auditor sampai tua dan enggak pernah merasakan jadi auditee, tapi paling enggak pernah ‘ngerasain’ auditee. Aeeeeh mati luh.

Enggak komplit rasanya hidup lo, kalau enggak pernah merasakan cinlok sama teman kantor. Atau dalam kasus gue tadi, flirting sama klien. Di Lontang-Lantung juga dibumbui dengan kisah cinta yang makin bikin buku ini uhuk-able. Uhuk!

Kembali ke anaknya si Om A tadi, untuk menghiburnya dan membuatnya semangat dalam mencari pekerjaan, gue putuskan untuk menitipkan buku Lontang-Lantung untuknya. Mungkin melalui buku ini, dia bisa jadi ada gambaran untuk menjalani proses pencarian kerja dan bagaimana dunia bekerja yang digamblangkan Roy dengan apa adanya. Apalagi di buku ini ada tips kerja yang lucu tapi enggak ngawur.

Gue sudah baca sampai habis dan selain bikin ngakak, buku ini benar-benar bikin nostalgia jaman dulu mencari kerja. Gue sangat terhibur dan gue harap anaknya si Om A juga merasakan yang sama.

Ada beberapa bagian yang gue suka banget di buku ini, pertama adalah quotes bangkek khas Roy yang menghiasi setiap pembuka bab. Ini nih yang paling nyeleneh, “Berusahalah sekarang juga, karena Senin harga naik!” Ngehek lo Roy. Kedua, unsur komedi yang diangkat Roy smart banget dan orisinil, contohnya tentang MLM. Penasaran kan?

Pastinya, Lontang-Lantung adalah salah satu buku yang dengan tuntas gue baca beberapa jam saja dan enggak ada satu bagian pun yang gue skip. Komplit karena bahasa yang mudah dimengerti dan alur cerita yang enggak bosenin.  Jadi, buat yang lagi mencari atau sudah duduk nyaman di kursi kantornya, gue rekomendasiin untuk baca buku Lontang-Lantung.

😀

myaharyono.com Giveaway!!!

20131106-104253.jpg

Whoooaaa ternyata hari ini myaharyono.com udah dua tahun! Duh uwuwuwu-able banget sih, udah bisa lari deh tuh kalo jadi bocah.

Nah dalam rangka dirhahayu blog tercinta gue ini, ada giveaway buat kamu-kamu pembaca setia blog ini. Asiiik kaan?

Caranya gampang deh. Tulis komen di postingan ini, tulisan gue yang mana yang jadi favorit kalian. Jangan lupa, tambahkan alasannya. Lima buku yang pernah gue terbitkan siap dibagikan.

Untuk komen teroke, ada voucher belanja menanti 😀

Gampang banget khaaaan, ditunggu seminggu dari sekarang okay 😉

Online Shop

“Eh, ada voucher sushi tei murah tuh di disdus. Beli yuk.” Ajak teman-teman kantor gue sekitar setahun yang lalu.

“Disdus? Apaan tuh?” tanya gue dengan bingung.

“Lo enggak tau disdus?”

Gue menggeleng.

“Deal keren?”

Gue menggeleng lagi.

“E-voucher?”

Lagi-lagi gue menggeleng.

“Ogah rugi?”

Hadeh. Itu sih tahu lah, siapa juga yang kepingin rugi. Teplok! Sebuah jitakan melayang ke kepala gue.

Rupanya saat itu gue ketinggalan info banget, kalau sudah menjamur jualan voucher makan dan barang via online shop. Istilah kerennya, virtual store. Disdus dkk itu salah satu yang mengusung jualan via internet dan memang laku. Selain praktis, mereka juga memberi harga promo yang lebih murah.

Karena saat itu gue tergoda untuk ikut membeli, akhirnya gue subscribe email untuk mendapat info promo setiap harinya. Alhasil, gue jadi ketagihan. Malah kadang jadi beli barang yang enggak penting-penting amat dan berujung cuma menuh-menuhin kamar doang.

Semakin maraknya online shop, ditandai dengan Facebook, Twitter, dan Istagram yang mulai beralih fungsi jadi tempat buka lapak. Awalnya Facebook, yang tiba-tiba saja gue dapet banyak notifikasi karena teman gue tag foto jualannya ke seluruh teman FB-nya. Setiap yang komen tentu saja jadi bikin rame dan bikin bb gue kelap-kelip saat itu.

Kemudian Twitter, yang promonya dilakukan dengan me-mention para buzzer untuk meretweet jualan mereka.

Yang paling ngenes sih Instagram, media yang seharusnya dijadikan ajang sharing photography dengan filter yang keren, sekarang malah penuh dengan akun-akun ig jualan.

“Cek ig kita, sis. Kami menjual bla bla bla..”

Ada jual jodoh? Gue beli deh 4 sekalian kalau bisa.

Akun IG yang berfollower banyak, seperti para seleb, sampai menyediakan jasa endorser untuk barang-barang online shop. Memang bisnis online shop ini sungguh menjanjikan.

Gue, sebagai cewek yang doyan belanja, jadi ikutan merubah list following IG gue dari akun-akun photography keren menjadi akun-akun jualan. Tapi emang murah kok, apalagi kalau yang dijual make up luar yang kalau di toko mahal banget. Pembenaran sih. Hehe.

Tapi kita harus jeli dan pintar ketika akan membeli barang online, karena resiko utama adalah kena tipu. Sudah transfer, eh barang enggak dikirim.

Gue sekali kena tipu, beli baju online dimana si penjual tidak menjawab semua email dan pesan gue. Yang begitu mesti di-blacklist. Sayangnya gue lupa nama OS-nya.

Itu kenapa gue rada percaya kalau beli lewat akun instagram, biasanya trusted seller. Bisa kelihatan dari komen-komen di fotonya. Atau cek followernya, kebanyakan aktif atau enggak. Bisa juga lihat foto testimonial dari customer yang mereka upload.

Dari IG, gue mulai melebarkan sayap ke Ebay dan Amazon. Awalnya karena gue kebelet pingin banget O’Clock edisi safari (ketebak lah ya motifnya jerapah) yang cuma ada di Italia. Dari hasil googling yang membawa gue ke ebay, lalu gue memberanikan diri daftar jadi member dan membuat akun di paypal.

Gue harus cermat memilih trusted seller yang terlihat dari tanda bintang yang bakal selalu membuntuti setiap seller. Gue juga enggak boleh terjebak shipping cost yang bisa mahal gila sampai Indo. Belum lagi ada resiko ditahan bea cukai. Langkah yang gue lakukan adalah mengontak seller dan nego shipping cost. Jangan lupa meminta mereka untuk menulis di paketnya sebagai ‘gift’, supaya aman saat di bea cukai nanti.

Ada sensasi yang beda ketika gue belanja online, gue bisa cukup dengan mengetik apa yang gue mau. And then I hit the search button. Surga seperti muncul di depan mata. Hal yang begini ini yang enggak bisa dilakukan kalau belanja langsung ke toko. Cape booo..harus hunting dari satu toko ke toko lain, ditambah jawaban pelayan yang kadang enggak banyak membantu.

Di web, gue juga bisa me-refine pilihan yang gue mau, seperti hanya munculkan barang dengan harga sekian dan free shipping only. Bagaimana dengan pembayarannya? Aman kah? Using paypal is highly recommended.

Mau tau rasanya saat gue berhasil deal dengan barang yang gue mau dengan harga murah plus free shipping? Kayak lihat pacar setelah seminggu enggak ketemu. Aeh.

Rasa excited tidak berhenti sampai di situ. Setiap harinya, gue memeriksa mail box gue a.k.a meja kantor karena gue lebih suka setiap urusan pos ditujukan pada alamat kantor. Dan ketika akhirnya gue melihat dari kejauhan, receptionist kantor gue membawa sebuah paket dan berjalan ke arah gue, senyum sumringah seketika merekah di bibir gue. Betapa bahagianya ketika paket bersampul coklat itu mendarat di genggaman gue.

Perlahan gue buka sampulnya, bersiap untuk melihat kejutan di dalamnya. Ya, barangnya sesuai dengan yang gue harapkan. Ah, senangnya.

Mungkin begitu rasanya, ketika akhirnya jodoh yang gue tunggu datang juga. Tanpa bosan gue berdoa untuk minta didekatkan dengan seseorang yang akan melengkapi hidup gue nantinya. Sama seperti yang gue lakukan ketika hendak memesan di online shop, gue terus mencari barang yang sesuai dengan yang gue mau dan gue butuh.

Lalu gue dengan sabar menunggu hari itu tiba dimana jodoh akan segera menghampiri. Seperti paket yang gue tunggu, mungkin kemasannya mengecewakan, tidak rapih, atau sedikit rusak karena tertumpuk di gudang penyimpanan kurir. Atau bisa saja barangnya tergores, menandakan tak ada yang sempurna di dunia ini. Jodoh gue nanti mungkin datang dengan hati yang pernah terluka, dan adalah tugas gue untuk mengobatinya.

Paket bisa saja terkirim salah alamat, sehingga waktu datang ke gue lebih lama dari yang gue harapkan. Itu kenapa jodoh gue belum sampai, mungkin dia saat ini masih bersama orang lain. Well, who knows?

Satu hal yang perlu dimiliki adalah keyakinan. Jika kita memang sudah memesannya dengan benar, paket tersebut pasti akan datang dan enggak akan tertukar. Layaknya jodoh, hanya masalah waktu saja. Begitu bukan? 🙂

Turkey Itinerary: Threat & Trick

Turkey….I’m comiiiing 😀

Finally, tiket perjalanan dan penginapan untuk gue ke Turki selesai juga. Fiuuuh. Mungkin ini pertama kalinya gue benar-benar merencanakan liburan dengan proses yang panjang dan bikin deg-degan, karena banyak threat yang harus dengan cermat disiasati supaya liburannya lancar.

Insya Allah, 8 November 2013 besok gue berangkat ke Turki dengan Turkish Airlines. Letak Turki yang sebagian sudah menyentuh daratan Eropa, membuat harga yang harus dibayar mahal banget yaitu USD1,200. Ke Belanda saja ekonomi promo bisa dapat USD900, berarti wisata ke Turki ini bisa dibilang tur muahallll.

Some great travelling starts with a good plan. Maka mulai lah gue mempersiapkan itinerary detail yang kira-kira akan begini nih jadinya. Tripadvisor masih jadi andalan gue setiap merencanakan liburan

Jumat 8 Nov 2013

Jam 20.30 pesawat take off dari Soetta dan akan tiba di Istanbul jam 06.40 keesokan harinya. Di Jakarta saat itu sudah sekitar jam 11 siang. Kebayang enggak tuh gimana jetlagnya harus duduk 15 jam di pesawat tanpa transit???? Mesti bawa bantal leher dong. Akhirnya kepake juga bantal leher jerapah gue :p

Btw, menurut para pendahulu yang pernah ke Turki,  tidak perlu menukar mata uang Turkey di Indonesia. Jadi, kalau menggunakan mesin ATM di sana nilai kursnya malah lebih menguntungkan. Berarti yang harus disiapkan adalah saldo tabungan yang cukup supaya di Istanbul nanti bisa narik ATM. Malahan, pecahannya tersedia dari yang besar sampai kecil. Pesan di Jakarta mah susah bisa dapat pecahan.

Sabtu 9 Nov 2013

Untuk menghindari antrian visa on arrival, gue sudah apply e-visa. Duh andainya semua negara bisa begini ya. Cukup menggunakan credit card payment sebesar USD25, gue sudah mendapatkan selembar ijin masuk Turki selama satu bulan.

photo (40)

Dari Ataturk Airport nanti gue akan langsung meluncur ke hotel tempat menginap, Moevinpick Hotel Istanbul dengan taksi. Bawaan banyak, broh. Karena berdua dengan teman gue, sharing TRL60 (Turkey Lira) atau sekitar IDR300,000 sih oke lah ya. Karena baru bisa checkin jam 12 siang, gue akan titip koper di concierge lalu cabcuz ke daerah Sultanahmet.

Sultanahmet adalah pusat wisata di Istanbul. Hagia Sophia, Blue Mosque, Topkapi Palace, dan beberapa museum lainnya bisa dijabanin sekaligus. Lagi-lagi, untuk menghindari antrian panjang tiket yang cuma ngabisin waktu gue sudah beli e-ticket di www.muze.gov.tr. Harga yang harus dibayar untuk masuk ke gedung yang pernah berubah fungsi dari gereja kemudian masjid itu adalah TRL25. Untuk masuk ke Topkapi Palace dikenakan biaya TRL15, dan Blue Mosque sih gretong.

Di sore hari akan gue sempatkan ke Bospherus Strait, selat yang memisahkan benua Eropa dan Asia. This where east meets west things are kinda romantic for me. Kayaknya kalau lempar koin yang ditulis inisial nama kita dan dia yang tercinta, asik juga tuh. Jadi cinta kami akan berada di dasar perbatasan dua benua. Yey! (Jangan ditiru, ini hanya takhayul karangan gue sendiri)

Minggu 10 Nov 2013

We’ll take the Ephesus Trip. Konon di Ephesus yang ada di daerah Selcuk, sekitar 10 jam jalan darat dari Istanbul, kita bisa lihat sisa bangunan bangsa Romawi. Kalau pernah nonton film Gladiator, nah theater tempat bertanding itu nanti yang akan gue kunjungi. Enggak ketinggalan, ada House of Virgin Mary di situ yang wajib didatangi. Oh iya, di sana nanti gue harus memburu Hamsa, yang dipercaya umat Kristiani sebagai simbol tangan Bunda Maria. Kalau di Islam, Hamsa adalah tangan anak Rasulullah—Fatima, yang dipercaya sebagai penolak bala. Hamsa ini ada di serial Charmed yang pernah jadi favorit gue jaman kuliah dulu. Di Selcuk juga banyak landmark yang disebutkan dalam Alquran, salah satunya gua dimana beberapa pemuda pernah tertidur selama 300 tahun.

Gue dan teman gue memutuskan untuk menggunakan jasa travel untuk menghabiskan waktu seharian di Selcuk, karena setelah browsing sana-sini, agak sulit kalau ‘ngeteng’ sendiri. Akan lebih mahal jika harus menyewa jeep, satu-satunya yang bisa digunakan untuk menjelajahi Ephesus dan sekitarnya.

Kami menggunakan jasa Ephesus Tours (ww.ephesustours.biz) yang per orangnya kena USD249. Gilee mahal yah, tampaknya saya harus makan popmie selama 3 hari berturut-turut di sana. Hiks. Sebenarnya mahal karena kami memilih ke Ephesus menggunakan pesawat sih, si travel agency yang mengatur penerbangan kami dari Istanbul ke Izmir (airport terdekat dari Ephesus).

Hopefully the trips worth the bucks deh.

Senin – Jumat 11-15 Nov 2013

Seminggu ini gue ada keperluan dinas jadi positif enggak akan kemana-mana juga, mengingat selama winter tempat wisata tutup jam 5 sore. Cari oleh-oleh ke Grand Bazaar bisa lah. Di situ adalah salah satu pasar tertutup terbesar di dunia. Oh jangan lewatkan Hammam, atau Turkey Baths yang eksotis itu. Kita bisa memilih pria Turkey untuk membasahkan, eh, memandikan kita. Glek.

Selalu cek ramalan cuaca, supaya enggak salah outfit. Coat tebal dan boots tahun lalu gue kepakai lagi deh.

Jumat 15 Nov 2013.

We’re Going To Cappadocia!!!

Bisa dibilang Cappadocia adalah puncak tripnya Turkey, everybody wants to be there, everybody wants to ride a hot balloon across the fairy chimneys.  Termasuk gue, yang pernah terbengong-bengong lihat On The Spot yang menayangkan 7 negeri dongeng di dunia nyata. Dan harapan untuk bisa ke sana, di depan mata!

Cappadocia yang bentuknya seperti berada di zaman batu itu, berada di propinsi Goreme, Turki. Sekitar 10 jam jalan darat atau lebih enaknya menggunakan pesawat malam yang memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit.

Kamu pikir rumah batu ini seperti jamur? Kok aku pikir seperti... *brb kawin*
Kamu pikir rumah batu ini seperti jamur? Kok aku pikir seperti… *brb kawin*

Gambar diambil dari sini

Kenapa harus malam sampai sana, jam 4 subuh sudah harus berangkat naik balon udara. Lalu bersama-sama akan menyaksikan sunrise dari ketinggian 6,000 kaki. Subhanallah.

Source: hecktictravels.com
Source: hecktictravels.com

Penerbangan yang paling pas sampai sana jam 21.30 adalah Pegasus yang harga tiketnya USD42, take off dari Sabiha Gokcen Airport yang letaknya sudah di Asia.

photo (39)

Kalau Ataturk ada di Eropa. Ini nih stres-nya, gue enggak bisa book tiket pesawat dari Istanbul ke Kayseri, airport yang dekat dari Goreme. Mereka hanya mau credit card lokal, sodara-sodara. Berkali-kali coba dengan berbagai kartu redit hasilnya gagal. Dan alhamdulillah, akhirnya berhasil setelah mencoba booking dari tab. Ternyata booking pegasus masih bisa lewat mobile/tab, kalau we dipastikan gagal. Untuk pesawat lainnya di Turki, Atlasjet, baik web/mobile/tab sama sekali tidak bisa menggunakan foreign credit card.

So, gue sudah berhasil beli tiket berangkat ke Cappadocia, tapi pulangnya belum tahu gimana. Hiiiks. Gue harus kembali ke Ataturk karena pesawat take off ke Indo tanggal 18 Nov jam 00.40, dan dari Cappadocia gue masih harus ke Pamukkale. Pusing gue, aslik.

Gue browing sana-sini, jadi harus menggunakan jasa pihak ketiga untuk reservasi dengan harga tiket yang lebih mahal sampai 50%! Ajigile. Allah pasti kasihan sama gue, akhirnya berhasil juga menemukan website wegolo.com (sejenis edreams.com/cheapoair.ca/skyscanner.com juga) tapi harga tiket yang dia tawarkan enggak terlalu mahal. Kalau harga di Atlas jet TRL89 atau sekitar IDR500,000 dan lewat Wegolo kena GBP43 atau sekitar IDR650,000. Beda cepego cincay lah ya.

Untuk menginap di Cappadocia, gue sudah book Nomad Cave Hostel yang direkomen sama Naya Moeda lewat tulisannya di sini. Kalau mau dapat harga lebih murah mending lewat hostelbookers.com deh ketimbang hostelworld.com. Boo beda 1 dolar aja lumiii (lumayan. red) bangeeeet. Gue dan teman gue mengambil dorm yang berisi 6 tempat tidur wanita semua. Per orangnya kena EUR8. Tadinya mau ambil yang sekamar bersepuluh dan campur cowok cewek, sambil cari jodohlah hehe. Tapi gue malas bayangin rebutan kamar mandinya….dan mengingat turis asing yang jorok dalam urusan kamar mandi.

Hostel menyediakan fasilitas shuttle bus jemput dari Kayseri dan dikenakan biaya TRL25. Sebelumnya tentu kita harus arrange dulu sama pihak hostel. Untuk Cappadocia dan hot balloon tour juga akan membeli via hostel. Karena sudah masuk peak season, sebaiknya melakukan reservasi in advance cukup dengan email. Mereka bilang, pembayaran dilakukan cash di tempat. Menurut pihak hostel, mereka kasih harga hot balloon air EUR120, didiskon EUR40 dari harga normal. Sampai Indo gue puasa nih kayaknya, habis uang gue di Turki huhuhu.

Sabtu 16 Nov 2013

One full day trip of Cappadocia. Tunggu foto-foto gue yang bakalan sirik-able ya 😀

Trip dijadwalkan selesai jam 5 sore. Jadwal gue berikutnya adalah mengambil overnight bus menuju Denizili yang menghabiskan waktu 10 jam. Tiket bus bisa langsung dibeli di stasiun bus Goreme yang hanya 5 menit berjalan kaki dari hostel.

Minggu 17 Nov 2013

Jam 7 pagi sampai Denizili, lalu gue harus menggunakan minibus yang ada 2 kali tiap jam. Minibus ini akan membawa gue ke Pamukkale yang memakan waktu sekitar 20 menit. Ada apa sih di Pamukkale??

Ada Traventine!! Aduh kalau lihat gambarnya sih cantik banget. Julukannya istana kapas, karena betuknya yang putih kayak berlapis salju. Sebenarnya traventine adalah endapan mineral karbonat dari aliran air. Selain bukit es, traventine ini juga punya kolam-kolam yang bertingkat, mirip terasering.

Source: http://www.woman.com.au/go-see-pamukkale-turkey/pamukkale-3/#
Source: http://www.woman.com.au/go-see-pamukkale-turkey/pamukkale-3/#

Can’t wait! Di sana ada kolam Cleopatra juga, bisa berendam-berendam unyu gitu deh.

Waktu gue enggak banyak di Pamukkale, karena jam 2 siang sudah harus mengejar kereta dari stasiun Denizili yang letaknya hadap-hadapan dengan stasiun bus. Empat jam harus gue tempuh menuju Izmir. Kok Izmir? Balik ke Ephesus dong? Karena untuk bisa kembali ke Ataturk tepat waktu, gue harus menggunakan pesawat dari airport Izmir. Dari Denizili airport enggak ada jam yang oke ke Ataturk.

Asiknya, kereta akan berhenti di stasiun airport Izmir, so cuzzz gue bisa langsung terbang ke Ataturk supaya bisa ngejar pesawat balik Indo jam 00.40. I’ll be on a very tight schedule.

Terusss, selama gue backpackeran di Cappadocia dan Pamukkale koper-koper segede gaban gue dimana? Tentu saja gue sudah mencari info tentang jasa penyimpanan koper di bandara. Tanggal 15 sebelum gue ke Gokcen, sebelumnya akan ke Ataturk terlebih dahulu untuk menitipkan koper dengan biaya sewa harian TRL25 (http://www.ataturkairport.com/en-EN/airportguide/Pages/BaggageCustodyServices.aspx)

Kira-kira begitu hasil browsing gue selama seminggu tentang persiapan ke Turki. Semoga membantu siapa saja yang sedang merancanakan liburan ke mana saja.

Have a safe trip 🙂

A Note To The Groom

Dear Dendi,

In the next couple of days, lo akan jadi suami dari sahabat gue, Dian. Gila!!! Sumpah, mana pernah kepikiran sih kalau kalian akhirnya berjodoh?!!

Seperti tulisan lo beberapa waktu lalu, Plot Continues, tentang plot cerita hidup lo sampai akhirnya ketemu soulmate. Wellthere’s always two side of every stories, dan note ini gue buat untuk lo sang mempelai pria, dari gue sebagai maid of honor di acara akad nanti.

Eniwei, sedikit membedakan antara bridesmaid dengan maid of honor. Kalau bridesmaid bertugas sebagai pengiring pengantin saat resepsi, tapi kalau maid of honor di Indonesia biasanya mengantar pengantin dari ruang persembunyian menuju tempat akad. Malahan, kalau pengantinnya kebelet pipis, maid of honor harus siap menemani ke toilet dan membantu megangin kain yang melilit kakinya. Gimana kalau boker dong? Ah, biarlah itu nanti menjadi tugas si Gelaph, karena dia juga didaulat jadi maid of honor. Ahey.

Kembali ke tahun 2008, pertama kalinya gue ketemu Dian yang rambutnya masih kribo banget di halte BEJ. Kalau enggak salah saat itu adalah hari pertama dia kerja dan langsung mau diboyong ke kantor klien di Cikarang. Gue dan teman gue berasumsi kalau si Dian itu enggak disiplin. Kita lumayan menunggu dia lama di halte dan doi enggak muncul juga. Dengan kesal dan suara emosi ditingkatkan satu oktaf, teman gue memutuskan menelpon junior barunya itu.

“Dian, ya? Kamu dimana? Kok belum datang juga?”

“Sudah kok, aku di halte BEJ dari tadi.” jawab si Dian dengan suara gemetar, dia pasti ketakutan.

“Dimananya?”

Kok gue bisa dengar suara si Dian ini dengan jelas ya? Kan percakapan mereka via telpon. Ehhhh, ternyata si Diannya ada persis, pantat-pantatan, sama gue. *tepok jidat*

Sejak itu, kita sering bekerja dalam satu tim dan jadi teman di luar kantor. Ketika sudah sama-sama resign adari kantor kami dulu yang berada di BEJ, kita masih sering main bareng. Apalagi setelah Dian memutuskan pindah ke kamar yang kosong di kos gue.

Dear Dendi,

Selain menjadi penghubung tali kasih (tai banget bahasanya) di antara kalian, harap diketahui juga kalau gue adalah salah yang bertanggung jawab atas jadiannya Dian dengan mantan sebelum lo. Gue bisa tau banget siapa yang Dian taksir, meski anaknya enggak bilang.

Sama kayak dulu dia lagi kesengsem sama mantannya itu, meski dia enggak ngaku tapi gue punya feeling kalau sedikit-sedikit Dian pasti suka sama lo. Itu kenapa–mungkin lo lupa–waktu lo anterin buku-buku Trave(love)ing untuk dikirim ke endorser ke kos gue, pertama kalinya gue bilang sama lo, “Den, enggak mau coba sama Dian? Dia jomblo lho.”

Lo, Den, kaget waktu itu. Mungkin ucapan gue enggak pernah lo duga sebelumnya, terlihat dari kuping lo yang gerak-gerak maju mundur, bola mata yang muter-muter, hidung yang kembang kempis, dan mulut yang nganga. Sumpah Den, jelek banget deh.

Melalui note ini, gue sekaligus mau pengakuan dosa. Sebenarnya, gue dan Gelaph sudah mengatur awal kedekatan kalian. Buku-buku Trave(love)ing sengaja di-drop di kos Dian (saat itu gue dan Dian sudah pisah kos), jadi lo bisa ketemu Dian untuk ambil buku dan tentu saja jadi punya kesempatan untuk berduaan.

Setelah itu, berbagai skenario mulai dicetuskan. Pergi ke PRJ dan nonton bareng, adalah bagian dari alur yang gue dan Gelaph buat. Emang gue berbakat dalam hal ngejodohin Dian, dulu sama mantannya dan sama lo pun berhasil, Den. Sebenarnya sih, karena Dian itu nurut banget sama gue. Enggak cuma dalam hal kerjaan, tapi urusan percintaan juga 😀

Dear Dendi, sebelum nanti secara resmi gue bersama Gelaph mengantar Dian ke lo, ada beberapa hal yang gue harap lo perhatikan.

1.       Pastikan dalam rumah tangga kalian nanti selalu tersedia makanan. Dari jaman dulu sampe sekarang, hobinya ya cuma makan.

2.       Belajar masak dan beberes rumah ya. Selain doyan makan dan menghabiskan makanan lo, doi juga pemalas. Pantes gendut!

3.       Rajin olahraga, biar badan lo fit karena ditindih semalaman sama dia. Demen banget deh doi mepet-mepet kalau bobok -___-“

4.        Jangan macem-macem, Dian itu stalker abis. Kalau udah stalking apapun enggak pernah nanggung.

5.       Enggak perlu pusing masalah uang, Dian beda sama cewek pada umumnya yang enggak nuntut harus punya barang-barang branded atau mahal. Gue sama Gelaph juga sih, kita bertiga tuh enggak neko-neko kok.

(Lah, jadi  curcol!)

6.       Berkaca pada orang tuanya Dian, kalian tua nanti ya bakal begitu. Yang sabar ya, Den 😉

7.       Jatuh cintalah padanya berkali-kali, setiap hari. As if you just met her for the first time.

 

Last but not least, jaga sahabat gue baik-baik ya. Jangan pernah lukai hatinya, meski gue tau lo enggak akan pernah melakukannya. Jadilah suami yang bertanggung jawab dan bisa menjunjung tinggi martabat Dian dan keluarga kecil kalian kelak.

Lo, Den, sahabat terbaik gue sejak kita masih sama-sama berseragam putih-abu. Gue sudah sejak lama mengikuti setiap babak hidup lo, pasang surut kisah cinta lo, dan sekarang gue sangat bahagia karena akhirnya hati lo berada pada wanita yang tepat.

Selamat menuliskan plot berikutnya di bab kehidupan yang baru, Dendi dan Dian.

ddwedd

Sebut Saja Surat Cinta

Dear Sam,

Hai Sam…apa kabar? Semoga baik-baik saja ya kamu di sana. Aku di sini sehat, itu juga kalau kamu mau tahu sih.

Eh, pasti kamu bingung deh kenapa aku tiba-tiba kirim email. Sama!! Sebenarnya aku juga bingung mau nulis apa 😐

Tapi kan kamu sendiri yang kasih alamat email, kamu tulis di atas tisu karena enggak ada selembar kertaspun di sekitar kita. Artinya, aku boleh dong ya menghubungi kamu lagi 😀

Sebelumnya, aku mau bilang terima kasih atas jamuan yang kamu berikan seminggu yang lalu di Bali. Kamu baik banget mau menemani jalan-jalan. It was fun!

Ingat enggak, di malam terakhir aku di Bali dan kita dinner di Jimbaran? Kita ngobrol ngalor-ngidul sampai jam 11 malam dan di tengah obrolan kamu menanyakan, “Kamu punya pacar?”

Saat itu aku cuma tersenyum sambil menggelengkan kepala. Eh, kamu malah bilang begini, “Tapi ada yang sedang ditaksir kan?”

Lagi-lagi aku menggeleng.

Padahal saat itu aku berbohong dan rasanya enggak enak banget, makanya aku putusin untuk ceritain yang sejujurnya sama kamu. Kamu mau kan ya dengerin curhatan aku? Aku anggap mau ya… :p

Sebenarnya, setahun belakangan ini pikiran dan hatiku sudah diisi oleh seorang pria.

Aku pertama kali bertemu dengannya di lift kantor. Pria itu pegawai baru di kantorku. Sehari sebelum ia bergabung, kabar kerupawanan wajahnya sudah tersebar di antara kaum perawan kantorku. Semua wanita, tak terkecuali aku enggak sabar ingin berkenalan dengannya. Dan beruntungnya aku, ketika di pagi hari terlambat masuk kantor malah bisa terjebak dalam lift yang sama dengannya. Berdua saja. Cieee. (Loh kok, ciee?)

Akupun langsung memanfaatkan kesempatan emas untuk bisa berkenalan dengan si tampan itu. Saking kelunya bibirku, saat itu aku yang bingung mau bilang apa malah hanya bisa bilang, “Eh kamu ke lantai 6 juga? Kok enggak pernah lihat? Ah iya, kamu kan anak baru di marketing ya?”

Dia hanya membalas dengan senyuman yang memamerkan barisan giginya yang rapih. Tapi itu cukup membuat dadaku berdebar dua kali lebih cepat, perut seperti tertohok, dan lutut kakiku terasa lemas. Ternyata, cinta pada pandangan pertama itu ada J

Aku yang grogi, begitu pintu lift terbuka segera melangkah keluar. Padahal itu masih lantai 5! Sadar-sadar, pintunya sudah menutup dan dia diam saja. Sebel banget, kan malu karena salah lantai. Lagipula kan tadi aku sudah bilang kalau sama-sama keluar di lantai 6. Mestinya kan dia mengingatkan aku 😦

Sejak saat itu, setiap bertemu di kantor atau di kantin dia selalu tersenyum padaku. Mau tahu rasanya? Senang pake banget! Aku berharap ada kesempatan bisa mengobrol dengannya, tapi mana ada sih anak Audit yang pernah main ke ruangan Marketing? Udah kayak anjing dan kucing begitu, enggak pernah akur. Akhirnya aku terima hanya bisa mengamatinya dari kejauhan dan menyimpan sendiri rasa ini, sambil menunggu waktu yang tepat untuk bisa lebih mengenalnya.

Setelah hampir setahun menunggu, akhirnya aku berhasil mendekati anak marketing juga. Melalui dia, aku minta dipertemukan. Untungnya ia mau membantu dan berjanji akan mengajak aku dan si tampan untuk makan bersama sepulang jam kantor.

Tapi apa yang terjadi, aku harus menelan rasa kecewa. Si tampan mendadak tak bisa karena ada acara mendadak. Aku terpaksa harus menunggu kesempatan lainnya yang tak pernah datang, karena si tampan itu tak lama kemudian dipindahkan ke kantor cabang kami ke Bali.

Dan malam terakhir ia di Jakarta aku menangis. Iya, menangisi kepengecutanku yang hanya bisa menjadi pengagum rahasia dan harus menerima kemungkinan kami tak akan pernah bertemu lagi.

Hari berganti hari, sampai sebulan setelah kepergiannya aku mendapat tugas dinas untuk mengaudit kantor cabang Bali. Mendengar kabar itu, serta merta membuatku berteriak saking senangnya. Berarti masih ada kesempatan untuk aku bertemu dengannya lagi. Dan aku sudah bertekad di Bali nanti tak akan ragu untuk mencarinya.

Ternyata ia mengenaliku. Untuk pertama kalinya kami bisa saling mengobrol. Karena tak mengenal siapapun di kantor cabang Bali itu, aku memintanya untuk menemaniku makan siang. Guess what? Dia malah menawariku untuk menemani berjalan-jalan di Bali. I’m a very happy girl!

Karena kesibukannya, dari total 3 hari aku di Bali, si tampan itu hanya bisa menemani di malam terakhir saja. Tapi itu cukup bagiku. Dengan sebuah motor, ia membawaku menelusuri pantai mulai Kuta dan berakhir di Jimbaran.

Kamu tahu Sam, tak pernah aku merasa sebahagia malam itu. Aku sadar, untuk kedua kalinya telah jatuh hati pada orang yang sama. Tapi lagi-lagi aku tak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku. Ragaku kembali ke Jakarta, hatiku tertinggal di Bali.

Aku tetap ingin menyimpan rasa ini, sampai hilang dengan sendirinya. Setidaknya, itulah yang kuharapkan. Tapi aku malah tak bisa berhenti memikirkan dan merindukannya. Sampai pada satu titik aku merasa hatiku lelah terus-terusan memendam rasa.

Kuputuskan untuk menyatakan perasaanku padanya. Itu satu-satunya cara untuk mengurangi beban hatiku. Aku tak perlu takut lagi akan apapun jawabannya. Jika memang tidak, malah hatiku tak penasaran lagi dan bisa segera move on. Ya kan?

So, here I am, Sammy. Telling you that I love you, sejak pertama kali kamu tersenyum di dalam lift. Dan semakin bertambah sejak di Jimbaran malam itu, saat menatap mata bulatmu yang dengan antusias menceritakan tentang dirimu. I’ve been waiting for that moment for a year, and I thank God for giving me a chance to getting closer to you.

And now, I seek another chance to be with you.

Love,

Sally.

Sally membaca surat elektroniknya berkali-kali, sebelum akhirnya yakin untuk mengirimkannya kepada Sammy, pria yang ia cintai selama ini. Ia berdoa dalam hati dan memasrahkan apapun jawaban yang akan diterimanya.

Dengan gemetar, ditekannya tombol enter. Lalu email itu pun terkirim.

Tidak sampai dua detik, sebuah email baru mengisi inbox-nya. Sebuah email yang judulnya membuat Sally merasa kesal, sekesal-kesalnya.

Mail Delivery Subsystem
Delivery Status Notification (Failure)

Dilihatnya lagi lembaran tissue yang bertuliskan alamat email pria itu. Sally tak salah, seluruh hurufnya sudah tepat dan tak ada yang terlewatkan. Berarti, si Sammy lah yang salah menuliskannya.

Sial!

Sally menjedotkan kepala ke atas keyboard laptopnya. Bahkan untuk mengungkapkan cinta saja, sepertinya ia tak memiliki kesempatan itu.

—The End—

SUPERBASS

Apa perbedaan suara hati, kata orang jaman dulu sama kata Nicki Minaj?

Kalau kata orang jaman dulu: DAG. DIG. DUG.

Kalau kata Nicki Minaj: Boom. Badoom. Boom. Boom. Badoom. Boom. Boom. Bass.

Hahaha. Iya, itu lagu Nicki Minaj yang judulnya Superbass. Liriknya unik dan musiknya juga lucu. Gue suka.

Boy, you got my heartbeat runnin’ away

Beating like a drum and it’s coming your way

Can’t you hear that boom, badoom, boom, boom, badoom, boom, bass?

You got that super bass

Boom, badoom, boom, boom, badoom, boom, bass

Yeah, that’s the super bass

Lewat Superbass si Nicki bikin jatuh cinta terasa lebih meriah dan semangat, kayaknya heboh banget gitu ya pake segala ada stereo di dalam hati sampe ngeluarin bunyi boom boom bass, ketika ketemu seseorang yang ditaksir.

Kapan ya gue terakhir kali ngerasain itu?

Hmmmm. Lupak!

Gila, udah lama banget kayaknya gue gak ngerasain jatuh cinta lagi. Boro-boro boom boom bass, deg deg ser aja sudah lama banget kayaknya gak rasain.

Gue emang sulit jatuh cinta, bisa dihitung mulai akil baligh sampai sekarang tuh ngalamin yang bener-bener jatuh cinta cuma sedikit.

7 kali!

Eh, itu dikit apa banyak? Banyak ya? Hehe. Oke gue sortir lagi, yang bener-bener jatuh cinta baru 3 kali!

Sekali pas SMP. Sekali pas SMA. Sekali pas Kerja. Trus pas kuliah? Gue masih stuck sama cowok jaman SMA dong selama kuliah. Bahkan baru bener-bener kelar pas awal-awal kerja. Ternyata, gue emang punya track record susah move on, ya? Eaaaaa.

Kenapa gue bilang cuma 3 dari 7 kali terlibat asmara? Karena hanya dengan ketiga orang itu gue pernah ngalamin yang superbass di hati gue, dan bertahan cukup lama. Tipe diri gue emang begitu sih, sulit jatuh cinta tapi sekalinya jatuh….dalem bangeeeet. Bangkek!

Waktu SMP kelas 1 akhir, gue naksir kakak kelas gue. Ya tentu saja hanya mengagumi, secara ia anak basket yang keren dan digandrungi cewek –cewek. Gue bingung juga, kenapa bisa lama banget naksir dia dan tahan lho cuma kagum dari jauh. Gue masih inget sampai sekarang bentuk si dia yang berinisial AH. Kulit putih, tinggi, rambut kriwil, dan mata bulat. Kelas kami sebelahan, jadi dia dan gank-nya yang terdiri dari 4 cowok keren itu sering tebar pesona ngelewatin kelas gue. Trus kalau misal papasan, jantung gue gak pernah absen berdebar lebih kencang. Telapak tangan gue juga dingin banget rasanya.

Pada suatu waktu, gue sama dia ikutan pesantren kilat di sekolah. Jadi dicampur secara random gitu kelasnya, dan gue sekelas sama doi! Kalau enggak salah, 3 hari gitu deh pesantren kilatnya. Gak sengaja, kami make baju motif sama persis. Kotak-kotak biru. Dari situ, mulai deh dicengin. Huwaaaa malu banget deh. Ternyata, malah beredar gosip kalau gue naksir si AH (emang iya, tapi kan gak ada yang tau). Tau-tau, gue dilabrak sama mantannya AH.

“Jangan deket-deket sama dia lagi ya!” perintahnya.

Dan gue nangis banget saat itu. Norak ya hihi. Pas akhirnya doi lulus, pelan-pelan ya rasa naksir itu memudar. Tapi gue masih belum bisa lupain dia sepenuhnya, karena gue mau deket sama adik kelas gue karena tampangnya lumayan mirip si AH. Ampun deh.

Karena sudah gak pernah ketemu lagi, mesti tinggal di satu kota, perasaan itu bener-bener hilang. Tepatnya tergantikan sama seseorang yang gue kenal di SMA gue. Dia tidak seputih si AH, tidak setinggi AH juga, punya rambut lurus, tapi matanya sama-sama bulat. Proses jatuh cinta gue sama dia lucu, berawal dari kami yang tak pernah sepaham dan selalu cekcok di kelas. Lama-lama, gue mulai kecarian dong.  Dia bikin gue semangat ke sekolah setiap hari dan bikin ulah ke dia, biasa….cari-cari perhatian.

One of the best feeling in this world is when you look at someone, and he’s already staring at you.

Yang gue inget kami sering banget bertubrukan pandang di tengah pelajaran sekolah. Lalu dia akan melemparkan senyumannya yang manis, sayangnya gue tanggapi dengan buang muka. Padahal itu gue gugup gila! Tapi dia nyangka gue bener-bener sebel sama dia. Gue tahu itu karena curhatan dia ke temannya, nyampe ke gue.

Gue pikir perasaan gue ke cowok berinisial AK ini hanya bertahan selama 3 tahun SMA saja. Nyatanya, perasaan gue dalem juga. Gue kuliah di Depok dan dia di salah satu kota di Jawa Tengah, gak bikin gue bisa berpaling ke lain hati. Gue deket dan jalan sama cowok lain, hati gue tetep ke dia. Mungkin karena kami komunikasi masih intens, masih rajin sms-an sampai gue lulus dan kerja. Meski nggak bikin hati gue superbass lagi, tapi kalau malam hari seringnya bukan mikirin cowok gue malah mikirin dia! Gebleg!

Lalu gue bertemu orang lain, yang bikin completely lupa sama perasaan gue dengan AK. Lagi-lagi berinisial A. Kebetulan yang aneh, kan!

Jatuh cinta gue beda sama sebelum-sebelumnya. Dengan AH dan AK, tanpa mereka berbuat apapun gue bisa jatuh cinta. Sama si A yang terakhir ini, gue dibuat jatuh cinta olehnya. Kami tidak bertemu setiap hari, seperti dulu gue hampir setiap hari melihat AH dan AK. Tapi…

dia membuat mata gue berbinar, ketika layar monitor laptop gue kelap-kelip karena ada chatting masuk darinya..

dia membuat bibir gue tersenyum, ketika handphone gue membunyikan nada yang sudah gue set khusus untuk panggilan telepon darinya..

dia membuat perut gue terasa mules dan panik, ketika tiba-tiba muncul di depan rumah..

dia membuat lengan gue mampu menumpu pada dagu gue tanpa lelah, ketika memperhatikannya yang sedang panjang bercerita tentang apa saja..

dia, membuat hati gue membunyikan superbass, ketika menyelipkan jemarinya pada jemari gue dan menggandengnya erat..

Tapi itu sudah lama berlalu. Setelah kisah bersamanya usai, belum ada lagi pria yang mampu membuat gue jatuh cinta. Jujur, gue kangen dengan perasaan menyenangkan saat jatuh cinta. Gue ingin ber-superbass ria lagi.

Lalu gue sadar, mengapa belum juga dianugerahi perasaan jatuh cinta lagi. Karena selama ini gue bukan berdoa untuk jatuh cinta lagi, tapi agar diijinkan jatuh cinta hanya kepada jodoh gue kelak.

Gue yakin, rasanya gak bakal kayak superbass lagi. Tapi….pecaaaaaah!!!

😀