Life is a continuation test, pass it!

Kisah Seorang Guru

Pak guru gue waktu SD, beliau sudah 20 tahun menjadi pahlawan tanda jasa yang mengajar di salah satu SD swasta sampai sekarang. Waktu pertama kali mengajar gue, beliau baru lulus sarjana. Usianya saat itu bahkan jauh lebih muda dari usia gue sekarang. Cita-citanya sejak dulu sederhana, menjadi guru di sekolah negeri. Alasan beliau, ingin masa tuanya nanti terjamin. Berkali-kali mengikuti ujian pegawai negeri tetapi selalu gagal. Selama 20 tahun gelar PNS masih menjadi mimpi bagi Pak Guru gue itu. Untungnya, tidak ada batasan usia mengikuti ujian pegawai negeri khusus untuk guru. Meski kerap kali gagal, beliau masih terus berusaha demi impiannya itu.

Kehidupan rumah tangganya juga tak kalah berliku. Hampir sepuluh tahun pernikahannya dilewati hanya bersama sang istri karena Tuhan tak kunjung memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memiliki anak. Ketika akhirnya dianugerahi seorang putra, tidak sampai sepuluh tahun Pak Guru gue dan istrinya harus mengikhlaskan anak semata wayangnya itu kembali kepada penciptanya.

Sungguh penuh cobaan dalam hidupnya.

Kisah Seorang Pemuda

Salah satu kenalan gue, memiliki masa muda yang suram. Dicap nakal oleh penduduk setempat karena pernah pulang dalam keadaan mabuk dan mengencingi masjid. Pernah mengenalkan obat-obat terlarang pada sahabatnya waktu SMP, sampai terjerumus dan berakhir meninggal overdosis. Bersama teman-teman saat kuliah melakukan perbuatan tak terpuji, sampai-sampai menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap malamnya.

Pada saat bekerja ia bertemu seorang wanita yang membawa perubahan dalam hidupnya. Perubahan pertama, ia berangsur-angsur meninggalkan gelapnya kehidupan malam. Perubahan kedua, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta . Meski masih kontrak, tapi derajat dan penghasilannya langsung terangkat. Hanya setahun, tak perlu melewati ujian lagi, karena keberuntungan ia pun diangkat menjadi karyawan tetap.

Sungguh penuh kemudahan dalam hidupnya.

Gue bandingkan perbedaan kedua kisah tersebut. Jujur, ada terbesit pertanyaan kepada Tuhan. Adilkah hidup kedua orang tersebut? Seorang guru dengan iman yang taat mengapa hidupnya penuh kesusahan? Dan mengapa si pemuda yang pernah mengotori rumah suciMu malah dibiarkan hidup dengan mudahnya?

Mudah saja bagi orang yang berpikiran sempit untuk menyimpulkan bahwa, Tuhan pasti lebih sayang si pemuda daripada sang guru kan? Tidak, bukan seperti itu. Tuhan sayang keduanya, tetapi dengan cara yang berbeda barangkali.

Contoh, kita sedang asik melangkah. Kemudian ada batu yang menjatuhi kepala kita dari atas. Awch! Sakit. Kita pasti langsung menengadahkan kepala ke atas dan mencari dari mana asalnya batu itu kan? Nah, mungkin begitulah cara Tuhan menegur hambaNya. Membuat makhluk ciptaanNya itu selalu mengingatNya. Diberikannya terus ujian demi ujian untuk menjadikan manusia mencapai level tertinggi tingkat ketakwaannya.

Dan sungguh manusia ada khilafnya. Meski sadar cobaan yang datang adalah ujian keimanannya kadang suka mengeluh juga. Pak guru gue pun pernah mengucap sambil bercucuran air mata, “Ya Allah, apa yang salah dengan hamba? Mengapa cobaan tak ada habisnya?”

Hal yang berbeda diucapkan oleh pemuda kenalan gue itu, “Allah sayang banget ya sama gue. Bukan pribadi yang baik dan banyak dosa, tapi selalu diberikan kemudahan.”

Dan gue miris mendengar ucapan kedua pria tersebut. Yang satu merasa kurang disayang dan satunya lagi merasa sangat disayang oleh Tuhan. Gue melihatnya justru Tuhan lebih sayang pada Pak guru dibanding pemuda  itu. Karena  Tuhan ingin pak Guru selalu dekat denganNya. Manusia yang sudah digariskan akan dengan mudahnya dihasut setan untuk melupakan Tuhan, cenderung akan mengingat Tuhan ketika tertimpa musibah. Kalau hidupunya enak dan selalu di atas, justru Tuhan malah sepertinya bodo amat kan. Terserah deh mau ngapain, suka-suka kamu. Dia akan terus berfoya-foya, bahkan mungkin perilakunya dapat menyakiti banyak orang. Salah satunya, meninggalkan wanita yang sudah menolongnya itu. Dia akan terus sombong dan merasa hidupnya baik-baik saja. Sungguh kasihan.

Pernah ada istilah, bukan cuaca yang baik yang membuat penerbang menjadi hebat. Dan bukan arus laut yang tenang yang membuat pelaut juga dikatakan hebat. Begitu juga manusia, kalau hidupnya flat-flat saja, apa yang bisa dibanggakan? Manusia hebat adalah manusia yang dapat melalui berbagai ujian dalam hidupnya.

Kamu merasa hidupmu penuh ujian? Selamat. Artinya sebentar lagi kamu akan naik kelas 🙂

P.s.
Tulisan ini didasari dengan obrolan bersama nyokap tadi siang tentang perjuangan hidup. 
Intinya, jangan mengeluh dan menyerah. 
Tingkatkan terus keimanan dengan selalu menunaikan ibadah wajib kepada sang pencipta.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s