Kalau ada tempat umum yang ngga pernah sepi ya salah satunya Coffee Shop. Tadi sore gue sengaja ke Setia Budi One cari tempat ngopi sambil ngetik untuk proyek buku gue. Buset susah banget, penuh semua. Sebenernya sih masih ada lah meja kosong, yang susah di dapet itu yang deket colokan hehe.
Kedai kopi emang tempat paling oke untuk sekedar duduk-duduk ngopi sambil baca buku. Atau ngetik kayak gue. Ada juga yang cuma mau nge-wifi, bahkan kerja juga ada. Meeting sama klien, diskusi, rumpi, sampe pacaran (sigh). Cuma modal pesen secangkir atau se-tumbler kopi bisa nyantai disitu semalunya deh.
Eniwei, gue ngga mau ngomongin coffee shop sih sebenernya. Tapi kopi itu sendiri.
Kopi adalah sebuah minuman yang diolah dari biji kopi. Menurut Wikipedia, pertama kali minuman kopi dikenalkan itu tahun 700-1000 M oleh orang Arab. Ngga ada keterangan siapa dan awal mula yang nemu resep itu minuman. Karena kalau ada so pasti udah kaya raya keturunannya dapet royalti, karena kopi adalah salah satu minuman paling banyak diminum di seluruh dunia.
Thanks to Bapak Kopi, siapapun itu deh 🙂
Gue sih termasuk yang beruntung yang suka banget sama kopi, meski kadarnya ngga nyandu. Banyak juga loh yang ngga demen. Ngga masuk akal sih qo bisa ngga suka kopi. Tapi ada lagi yang lebih ngga masuk akal yaitu penggila kopi yang rela merogoh kantong mengeluarkan duit yang banyak untuk minum the ass-coffee alias kopi luwak. Katanya sih enak banget dan pembuatannya yang unik yang bikin mahal.
Makin berkembang jaman kopi juga semakin mengalami degradasi warna. Dulu kopi cuma kopi hitam pekat terus jadi coklat karena dicampur susu atau krim. Digawangi oleh Starbucks, sekarang kopi udah aneh-aneh. Coffee latte, Cappuchino, dan kawan-kawan yang bisa juga dikasi toping whipped cream, ceres, whatever you like lah.
Gue minum kopi cuma pas lagi butuh aja. Butuh begadang, butuh semangat kerja, butuh pikiran tenang, butuh buat ngegosip, dan butuh tempat nge-wifi hehe.
Waktu masih jadi auditor di KAP gue minimal mengkonsumsi kopi 3 kali sehari. Faktor mesin kopi otomatis yang bikin gue jadi bolak-balik ngambil kopi. Apalagi kalau harus ngelembur, butuh doping kopi dulu deh gue. Dan murni kebutuhan kopi gue untuk daya tahan mata aja ketimbang cuma gaya, ngga kayak para karyawan perusahaan asuransi yang kantornya selantai di bawah gue. Tiap pagi sebelum ngantor pasti beli Starbucks dulu. Buset banyak duit ya hehe.
Sadar kebanyakan kopi juga bahaya gue mulai stop minum kopi akhir 2009. Waktu itu gue udah pindah ke kantor yang jam kerjanya lebih manusiawi. No overtime means no need coffee, because I don’t have to awake a lit bit longer in the night, right?
Hampir setahun gue stop ngopi. Bisa dihitung deh gue ngopi berapa kali. Ke Starbucks palingan belinya Green tea latte. Dan kondisi badan gue malah gampang ngedrop. Kepala suka keliengan dan lemes banget. Sampe puncaknya tensi gue drop di 80/50. Hampir pingsan. Ternyata gue menderita Hypo tensi. Agak mengejutkan mengingat dulu gue selalu normal. Dokter nyuruh gue banyak-banyak makan ati/kambing untuk naikin tekanan darah. Boleh juga mulai mengkonsumsi lagi kopi asal ngga berlebihan.
Horeeee.
Gue sadar gaya konsumsi ngopi gue udah mengalami perubahan dari dua tahun yang lalu. Kalo dulu kopi sachet-an sekarang cuma ngopi di kedai kopi kayak Starbucks, Coffee Bean, Coffee World, Anomali Cafe, sampai Bengawan Solo. Makin kesini gue lebih milih minuman kopi yang rada mahal. Kenapa? Karena sekarang udah bisa gaya haha. Ngga ding, udah tau enaknya sih. Biji kopinya kualitas oke dan diolah dengan baik.
Ah kaya pernah liat, tau dari mana lo? Anggep aja begitu deh 😀
Dan bagi gue, kopi itu dianalogikan dengan cowo. Itu kenapa gue cinta sama kopi. Berikut adalah persamaan antara kopi dan cowo menurut gue.
1. Coffee, the best quality, can keep you awake all night long.
Kopi punya kafein yang fungsinya bikin ngga ngantuk. Tapi tergantung kualitasnya, sorry to say, tapi kopi sachet-an emang ngga gitu ngefek, tetep ngantuk. Sama halnya dengan cowo. Semakin oke bisa bikin kita betah deh berjam-jam. Ngga ngantuk sampe malem karena keasyikan. Apalagi kalo hot, bikin anget!!! So, coffee and men can keep you both awake and warm all night long.
2. Coffee, the more it’s rich, the more people like.
Semakin mahal kopi semakin digilai kan? Kayak gue juga sekarang yang milih-milih kalau minum kopi, kayak milih cowo. Masa yang sachet-an? hehe. No offense loh. Maksudnya, hari gini kondisi keuangan kan ngga bisa disepelein. So, coffee and men are some things that are better rich.
3. Deja Brew: The feeling that you’ve had this coffee before – Unknown.
Kalo minum kopi kesukaan yang wanginya khas itu berasa…aaaah…haruuuum. Wangi yang sudah gue apal banget dan selalu gue nikmatin sebelum menyeruput minuman itu. Aroma yang ngga ngebosenin. Kayak cowo yang bisa bikin cewe jatuh dan tejatuh lagi. So, coffee and men can give the same old feeling you always love.
4. Behind every successful woman is a substantial amount of coffee – Stephanie Piro.
Wanita karir rata-rata suka kopi. Butuh kopi untuk mood booster, supaya tenang berpikir saat bekerja. Di balik cewe sukses juga ada seorang pria yang ikut andil, apakan pria yang mendukung atau yang pernah menyakiti 😉 So, coffee and men are the booster of a successful woman.
5. Coffee can speed up your blood pressure.
Sama dengan cowok, bawaannya bikin emosi! So, too much of loving coffee and men are not good for your health :p
6. He was my cream, and I was his coffee – And when you poured us together, it was something – Josephine Baker.
Jika wanita adalah kopi, maka pria adalah krimnya. Kopi saja udah enak, tapi lebih anak kalau dikasih krim. Wanita hebat itu mandiri, tetapi tetap butuh pria agar lebih hebat. So, women need both coffee and men in their life 🙂
I can live without coffee and men, but I don’t feel alive without them.