Sekitar 15 tahun yang lalu, gue pertama kali mendengarkan satu lagu yang langsung gue suka di sebuah warnet. Kala itu internet baru saja mewabah di kalangan pelajar.
Sepertinya gue sedang asik ber-mirc (anak 90-an pasti tau :p), ketika speaker di sudut langit-langit ruangan mendendangkan sebuah lagu. Gue enggak langsung familiar dengan musiknya, karena di usia belia saat itu sedang menggandrungi lagu-lagu milik para boyband. Jarang ada lagu yang dinyanyikan suara wanita bisa diterima telinga gue.
Tapi nada lagu itu langsung ketanam di benak gue. Dan dengan kemampuan berbahasa asing yang masih nol, gue tak mampu merekam liriknya dalam ingatan. Sekarang sih mudah saja, tinggal ketik beberapa kata lirik di google, lalu kita bisa mendapatkan jawaban lagu yang kita cari.
Jadi yang bisa kuingat saat itu adalah beberapa kata yang kira-kira begini,
“Na na na na na na, hmmmmm..na na na na.”
Setelah lagu selesai diputar, langsung gue hampiri mas-mas penjaga warnet. “Mas, nanya dong, itu lagu barusan judul dan penyanyinya apa ya?”
Yang ditanya malah memasang raut muka bingung. “Waduh, Dek, saya gak dengerin. Tadi penyiar radionya gak sebutin ya?”
Gue menggeleng dan dengan langkah gontai kembali ke balik monitor yang gue sewa.
Berhari-hari setelahnya, lagu itu masih terekam jelas di pikiran gue. Terkedang gue masih bisa mendendangkannya sendiri. “Na na na na na na, hmmmmm..na na na na.”
Waktu berlalu, gue masih belum juga menemukan judul dan penyanyinya. Guepun sudah enggak pernah mendengarkannya lagi, sampai beberapa tahun kemudian ketika gue baru mengenyam pendidikan tingkat tinggi.
Pulang kuliah, gue mampir ke warnet terdekat dari kos untuk mencari bahan tugas kuliah. Ya, sesekali main game online dan chatting dengan teman-teman SMA melalui Yahoo! Messenger.
Tiba-tiba, lagu yang bertahun-tahun membuat gue penasaran, terdengar kembali dari alat pengeras suara yang terpasang pada komputer mas-mas penjaga. Tanpa banyak ba-bi-bu, gue menghambur ke meja penjaga untuk menanyakan lagu yang masih 1/4 terputar.
“Mas..mas, ini lagu apa yang lagi diputer?” Tanya gue terburu-buru.
Sambil memainkan telunjuknya pada scroll mause, si penjaga berkata. “Bentar ya, Mbak, saya lihat dulu di winamp.”
Masih gue ingat, dada gue berdegup kencang menanti jawabannya.
“Sunny Came Home. Penyanyinya, Shawn Calvin.” ujarnya.
Aha!
Enggak ada perasaan yang dapat mewakili isi hati gue saat itu, lega. Rasa penasaran bertahun-tahun terbayar sudah. Tentu saja gue langsung meng-copy file lagu tersebut di flash disk gue.
Kalau dulu gue kembali ke tempat duduk dengan lemas, akhirnya gue bisa melompat kecil kegirangan.
Peristiwa bertahun-tahun silam itu, kini baru gue sadari hikmah yang bisa dipetik.
Bayangkan jika, saat remaja dulupun gue langsung mengetahui lagu dan penyanyinya juga enggak ada gunanya. Belum ada teknologi USB yang bisa menyimpan file-nya seperti yang bisa gue lakukan saat kuliah. Dan mungkin lagu Sunny Came Home jadi engak begitu berkesan. Malah mungkin terlupakan begitu saja.
Dengan penantian bertahun-tahun itu, membuatnya terasa sangat berkesan dan rasa senang yang luar biasa ketika mendapatkannya.
Layaknya penantian terhadap separuh jiwa kita. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan, sesuatu yang sudah digariskan akan bersama, pada akhirnya akan bersama pada waktu yang tepat. Mungkin bisa sebentar, atau memerlukan waktu yang lama. Enggak masalah.
Dan dari Sunny Came Home gue pun memahami, hanya karena gue enggak bisa mendapatkan yang gue inginkan sekarang, bukan berarti gue enggak bisa mendapatkannya nanti. Yang penting harus yakin.
Ini nih lagu Sunny Came Home yang gue suka banget itu 😀