Friends, Lover, Stranger, Next?

“Gimana penjualan bukunya, Mi?”

Basa-basi! Kata gue dalam hati. Setelah sekian lama enggak pernah saling berbicara dan tegur sapa, gue bertemu lagi sama ‘stranger-after-lover’ gue itu di suatu acara kantor gue yang melibatkan kantornya.

Nasib punya mantan satu gedung kantor ya gini, kapanpun bisa ketemu. Sejak hubungan kami memburuk, dari yang pernah saling pura-pura enggak kenal sampai menghindar udah pernah dijabanin. Dan ya, lama-lama capek sendiri. Tiap ketemu enggak sengaja di lingkungan kantor, atau terjebak di lift yang sama misalnya, kami pada akhirnya bisa saling tersenyum.

Dan di suatu sore beberapa bulan yang lalu, kami sama-sama berada di tempat yang sama. Mustahil rasanya untuk balik badan dan kabur. Buat apa lagi juga?

And that awkward moment saat tangan yang pernah saling, ehm bergandengan, cuma bersalaman dengan kaku. Untungnya, dia mau membuka percakapan duluan. Meskipun terdengar aneh menanyakan buku yang di dalamnya adalah cerita, yang terinspirasi dari kisah kami berdua.

Mencoba biasa, gue dengan excited menjawab “Udah best seller lho…” Fyi, saat itu Trave(love)ing sudah 1 bulan dan 3 minggu terbit di pasaran.

“Selamat ya.”

Untungnya salah seorang teman yang melihak ke-krik-krik-an di antara kami berinisiatif untuk mengajak gue pergi meningalkannya.

FIUH.

Terkadang gue iri sama orang-orang yang mantannya sudah berada entah di mana. Saling berjauhan itu lebih baik, no contact at all.

Ya bukan berarti karena masih sering ketemu mantan secara enggak sengaja lantas membuat gue susah move on. Udah enggak ngaruh lagi kok dengan apa yang pernah kejadian sama kita berdua. Tapi tetep ada perasaan sebel dan gondok ketika harus mendengar kabar orang yang pernah mengiris-iris hati gue. Apalagi sampe ketemu!

Dan memang ada hal-hal terkait si ex yang kadang masih berpengaruh buat kita, enggak ada kaitannya sama udah move on atau belum. Gue menyebutnya ‘The Ex Factor’.

Misal, siapa di antara kita dan ex yang dapet pacar duluan, or bahkan merit duluan! Atau, gue harus dapet pacar baru lebih lebih lebih lebih segalanya dari si mantan. Dan nggak jarang, ada juga yang pengen buat mantannya nyesel.

Ada. Setiap orang pasti punya ‘the ex factors’, tingkat kadarnya aja yang beda. Manusiawi kok.

Dan the ex factor gue adalah, karena masih suka ketemu, gue sekuat tenaga bersikap cool, supaya dia tau gue baik-baik aja tanpa dia. Meski dalam hati sih…”Mati lo, ketemu dia!”

Dan sekali lagi gue tekankan. Masih. Dipengaruhi. The ex factors. Bukan. Berarti. Belum. Move on.

Sudah move on, wajar masih ada the ex factors. Karena ga ada yang benar-benar bisa 100% di dunia ini, emas 100% aja sebenarnya 99 koma sekian. :p

Any way…

Gue sudah move on!

So, after moving on, what’s next?

Ada yang beruntung cepat move in ke orang baru.

Ada yang tetap saja malas berhubungan baik dengan mantan, karena memaafkan bukan berarti melupakan. Hal ini yang terjadi pada Roy, coba baca tulisannya di sini.

Gue?

Setelah menemukan moment move on, yang digambarkan dalam Trave(love)ing dengan analogi ‘melempar koper dari atas Burj Khalifa’, lalu apa?

Sebelum menceritakan perihal paska move on gue,  ijinkan gue berterima kasih dulu kepada pembaca Trave(love)ing, yang enggak sekedar baca, tapi juga mau ‘akrab’ sama para penulisnya lewat linimasa. Dan mereka enggak hanya menyimak tweet gue, Dendi, Gelaph, dan Roy, tapi juga mengikuti gosip-gosipnya.

Dan gue rasa udah banyak yang percaya sama celaan Mia Gagal Move On. Ya kan? Ngaku deh. Huh.

Gue maklum sih, secara timeline ketiga teman gue itu sering banget nyindir-nyindir gagal move on, pasti pada kepo kan. Dan yang benar-benar ngikutin, bisa sampe tau akun twitter si mantan gue itu. Pernah ada yang nge-mention loh!

Keseret timeline!! *emoticon senderan di tembok*

Di tambah lagi sama…strip comic bikinan Dendi Iseng Riandi, tentang kelanjutan kejadian di atas Burj.

Moment Move On gue
Moment Move On gue
Joke Gagal Move On
Joke Gagal Move On

Enggak gini woi!

Gue enggak nyalahin sih, ketika melihat dua orang mantan yang kembali dekat, pasti pada mikirnya ‘balikan’.

Tunggu, missing information sepertinya. Emangnya gue deket lagi gitu sama mantan? Celaan gagal move on kan pasti enggak ada, kalau memang enggak terjadi apa-apa antara gue dan si mantan.

Nyatanya, gue dan si mantan memang kembali bersahabat. Tapi bukan balikan.

Pada akhirnya gue hanya bisa menerima nasib yang harus gue jalani, bahwa Tuhan mungkin masih menginginkan persahabatan di antara gue dengan orang yang pernah gue sayang. Itu enggak gampang!

Setelah pertemuan yang membuat dia menanyakan buku gue itu, beberapa hari setelahnya kami bertemu lagi di lobi belakang kantor. Enggak cuma ‘say Hi’, tapi menanyakan ‘lagi apa?’. Ya sedikit masih kaku, karena kemudian kami sama-sama diam kayak orang bego. Lalu…

“Temenin gue ngerokok bentar mau, Mi?”

Modus (–,)

Enggak selesai sampai di ‘nemenin dia ngerokok’, well… sebenarnya bukan nemenin-tapi ngehirup asapnya-secara gue enggak ngerokok, di kesempatan lainnya kami masih bertemu lagi. Lucunya, bahkan dia akhirnya bertemu dengan ketiga penulis Trave(love)ing lainnya. Ngobrol bareng.

You know what, after all this time – after all the things happened between us, both of us realize that we value our friendship more than anything.

Dia pernah, selalu, dan akan terus menjadi sahabat gue. Gue anggap, pernah mencintainya adalah kesalahan dalam hidup gue, yang enggak akan gue ulangi lagi. Second chance enggak selalu identik dengan mencoba kembali, tapi kesempatan kedua ada hanya untuk saling belajar.

Gue sudah membuang kenangan kisah cinta bersama dia, tapi bukan kisah persahabatan kami.

Persahabatan kami yang tulus, semoga tak akan putus. Hey it rhymes!

Dan siapapun suami gue nanti, harus bisa bersahabat juga dengan ‘sahabat’ gue itu.

🙂

4 thoughts on “Friends, Lover, Stranger, Next?

  1. Sometimes better to leave out the misery in the previous relationship and keep trying to make everything in the right track as it should be. 😀

    Senangnya bisa kembali bersahabatan. Itu artinya Mbak Mya dan ‘sahabat’, sudah benar-benar dewasa. 😀 #digetok #sotoy

    Like

  2. hehehe jadinya sahabatan kembali nih? turut seneng yah 🙂
    Btw gw ngalemin bqt tuh cinta2an sm sahabat sendiri, tp pas dijalanin jadinya aneh buangets, gw b2 jd illfeel gt deh soalnya udah biasa rock n roll gt, pas pacaran kan jd yg ngerem klo mau urakan nya hehehe dan itu yg ga bs gw lakuin, begitupun jg dia… skrg malah jd BFF buangets 😀

    Like

    1. Nah kan, bisa kok balikan temenan lagi. Emang sih syaratnya mesti balik jadi strangers dulu. Terus, belajar dr pengalaman kmrn, jgn sampe jadi lovers lagi..krn udah ketauan bakal gmn endingnya :p

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s