As Long As We Got Each Other

Inget film Deep Impact?

Armageddon? End Of The World? Atau 2012?

Semuanya tentang kisah di mana dunia sedang mendekati akhirnya. Dan di film-film itu diceritakan bagaimana para penghuni bumi melakukan berbagai persiapan menghadapi hari akhir tersebut. Yang dapat gue cermati dari film-film itu adalah, at least mereka diberikan waktu untuk menghadapi hari akhir itu.

Bagaimana jika tanpa ada tanda sedikitpun. Suasana pagi hari terasa tenang, cuaca berawan, dan burung berkicauan. Lalu tiba-tiba Malaikat meniupkan terompet sasangkala, pertanda kiamat tiba?

Ah, mungkin contoh gue terlalu besar, itu tadi kiamat besar. Oke, masih banyak kiamat kecil lainnya yang terjadi tiba-tiba. Kun Faya Kun, maka terjadilah. Gunung meletus. Bencana tsunami. Gempa. Kematian.

Tak ada peringatan. Tak ada persiapan.

Begitupun yang terjadi melanda tempat gue bekerja, pertengahan November kemarin.

Tak ada yang menjanggal di pagi hari ketiga gue bangun tidur. Seperti biasa hal pertama yang gue pikirkan di pagi hari adalah, hari ini mau pakai baju apa ya?

Sampai di gedung kantor juga tak ada peristiwa yang aneh. I’ve come to this building for a hundred times and everything was normal.

Suasana di pagi itu baik-baik saja, gue bertegur sapa dengan para security, front office, dan rekan kerja lain. Gue turun sarapan jam 9 seperti biasa dengan sahabat gue yang kerja masih di lingkungan satu gedung dengan gue. Gue ingat, we both even took some silly pictures lalu bercanda dan tertawa.

Gue kemudian melanjutkan pekerjaan setelahnya, dan jam 11 muncul sebuah kabar berita mengejutkan.

Rasanya seperti dikabari kerabat dekat meninggal mendadak!

Kami semua shocked. Tak percaya akan keputusan yang sudah dibuat. Tapi apa daya, palu sudah diketuk. Kami hanya bisa pasrah dan menanti arahan.

Kemudian di sore harinya seluruh pegawai yang mencapai angka 1,000 dikumpulkan oleh pimpinan kami. Bagaimana ya gue dapat menggambarkan suasana saat itu…hmmm oke, Film Titanic.

Ketika si raksasa laut menabrak gunung es, dalam hitungan jam si hitam ‘unsinkable’ itu nyatanya tenggelam juga. Penumpangnya tentu panik, karena kematian di depan mata.

Seperti itulah yang kami rasakan saat itu. Berada dalam keadaan penuh ketidak-pastian dengan status resmi PHK. Berbagai macam pikiran dapat terbaca di mimik tiap wajah yang berkumpul di town-hall meeting dadakan tersebut. Yang jelas semuanya memikirkan nasib dan masa depan masing-masing.

Dan di sinilah peran seorang pemimpin dibutuhkan. Di hadapan kami, beliau memberikan speech-nya yang mengharukan. Ada perkataannya yang membekas di benak gue.

“Mungkin Tuhan cemburu akan kedekatan seorang pimpinan dengan stafnya. Mungkin kalian terlalu mencintai saya. Oleh karena itu Tuhan memisahkan kalian dari saya. Jadikan ini ujian, untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.”

Standing applause for him.

Beliau menangis, kami pun menangis.

Baru kali ini gue melihat pemimpin sehebat-hebatnya pemimpin. Dan gue yakin benar, semakin kencang anginnya, akan semakin kokoh pohon. Dan angin yang menerpa beliau begitu besar, sampai akhirnya tumbang juga.

Kembali ke Titanic, ada adegan mengharukan yang gue masih ingat. Yaitu beberapa gentleman pemain musik klasik yang di saat kapal menjelang tenggelam, mereka tetap menjalankan tugas sebagai penghibur. Di akhir musik selesai dimainkan, mereka saling bersalaman dan mengucapkan,

“Gentleman, It’s been an honor to work with you.”

Itu juga yang gue rasakan pada rekan-rekan kerja gue. Gue baru tiga tahun berkarir dan harus berakhir dengan cara yang menyakitkan. Sepertinya kebahagian dan kebersamaan kami direnggut begitu saja. Tapi apapun yang terjadi, di tengah segala ketidakpastian ini kami mencoba bertahan dan saling mendukung. Menyontek line popular dari serial TV jaman gue TK, The Growing Paints:

As Long As We Got Each Other .

Seperti the unsinkable ship, Titanic pun pernah sombong sebelum terpuruk menjadi bangkai di dasar laut. Mencoba positif, ya mungkin selama ini kami sombong dan meremehkan banyak pihak. Ini adalah teguran, tapi kami tidak akan seperti Titanic yang tenggelam, kami justru akan terus maju dan menjaga profesionalisme serta bekerja sesuai kewajiban kami. Kami yakin, sebuah akhir adalah awal yang baru.

Awal yang lebih baik sudah menanti di depan kami.

Alhamdulillah, per tulisan ini di-publish, sudah ada kejelasan mengenai nasib organisasi dan seluruh SDMnya.

Terima kasih atas dukungan berbagai pihak, tak luput juga teman-teman terdekat yang peduli.

It means a lot for us 🙂

2 thoughts on “As Long As We Got Each Other

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s