A Note To The Groom

Dear Dendi,

In the next couple of days, lo akan jadi suami dari sahabat gue, Dian. Gila!!! Sumpah, mana pernah kepikiran sih kalau kalian akhirnya berjodoh?!!

Seperti tulisan lo beberapa waktu lalu, Plot Continues, tentang plot cerita hidup lo sampai akhirnya ketemu soulmate. Wellthere’s always two side of every stories, dan note ini gue buat untuk lo sang mempelai pria, dari gue sebagai maid of honor di acara akad nanti.

Eniwei, sedikit membedakan antara bridesmaid dengan maid of honor. Kalau bridesmaid bertugas sebagai pengiring pengantin saat resepsi, tapi kalau maid of honor di Indonesia biasanya mengantar pengantin dari ruang persembunyian menuju tempat akad. Malahan, kalau pengantinnya kebelet pipis, maid of honor harus siap menemani ke toilet dan membantu megangin kain yang melilit kakinya. Gimana kalau boker dong? Ah, biarlah itu nanti menjadi tugas si Gelaph, karena dia juga didaulat jadi maid of honor. Ahey.

Kembali ke tahun 2008, pertama kalinya gue ketemu Dian yang rambutnya masih kribo banget di halte BEJ. Kalau enggak salah saat itu adalah hari pertama dia kerja dan langsung mau diboyong ke kantor klien di Cikarang. Gue dan teman gue berasumsi kalau si Dian itu enggak disiplin. Kita lumayan menunggu dia lama di halte dan doi enggak muncul juga. Dengan kesal dan suara emosi ditingkatkan satu oktaf, teman gue memutuskan menelpon junior barunya itu.

“Dian, ya? Kamu dimana? Kok belum datang juga?”

“Sudah kok, aku di halte BEJ dari tadi.” jawab si Dian dengan suara gemetar, dia pasti ketakutan.

“Dimananya?”

Kok gue bisa dengar suara si Dian ini dengan jelas ya? Kan percakapan mereka via telpon. Ehhhh, ternyata si Diannya ada persis, pantat-pantatan, sama gue. *tepok jidat*

Sejak itu, kita sering bekerja dalam satu tim dan jadi teman di luar kantor. Ketika sudah sama-sama resign adari kantor kami dulu yang berada di BEJ, kita masih sering main bareng. Apalagi setelah Dian memutuskan pindah ke kamar yang kosong di kos gue.

Dear Dendi,

Selain menjadi penghubung tali kasih (tai banget bahasanya) di antara kalian, harap diketahui juga kalau gue adalah salah yang bertanggung jawab atas jadiannya Dian dengan mantan sebelum lo. Gue bisa tau banget siapa yang Dian taksir, meski anaknya enggak bilang.

Sama kayak dulu dia lagi kesengsem sama mantannya itu, meski dia enggak ngaku tapi gue punya feeling kalau sedikit-sedikit Dian pasti suka sama lo. Itu kenapa–mungkin lo lupa–waktu lo anterin buku-buku Trave(love)ing untuk dikirim ke endorser ke kos gue, pertama kalinya gue bilang sama lo, “Den, enggak mau coba sama Dian? Dia jomblo lho.”

Lo, Den, kaget waktu itu. Mungkin ucapan gue enggak pernah lo duga sebelumnya, terlihat dari kuping lo yang gerak-gerak maju mundur, bola mata yang muter-muter, hidung yang kembang kempis, dan mulut yang nganga. Sumpah Den, jelek banget deh.

Melalui note ini, gue sekaligus mau pengakuan dosa. Sebenarnya, gue dan Gelaph sudah mengatur awal kedekatan kalian. Buku-buku Trave(love)ing sengaja di-drop di kos Dian (saat itu gue dan Dian sudah pisah kos), jadi lo bisa ketemu Dian untuk ambil buku dan tentu saja jadi punya kesempatan untuk berduaan.

Setelah itu, berbagai skenario mulai dicetuskan. Pergi ke PRJ dan nonton bareng, adalah bagian dari alur yang gue dan Gelaph buat. Emang gue berbakat dalam hal ngejodohin Dian, dulu sama mantannya dan sama lo pun berhasil, Den. Sebenarnya sih, karena Dian itu nurut banget sama gue. Enggak cuma dalam hal kerjaan, tapi urusan percintaan juga 😀

Dear Dendi, sebelum nanti secara resmi gue bersama Gelaph mengantar Dian ke lo, ada beberapa hal yang gue harap lo perhatikan.

1.       Pastikan dalam rumah tangga kalian nanti selalu tersedia makanan. Dari jaman dulu sampe sekarang, hobinya ya cuma makan.

2.       Belajar masak dan beberes rumah ya. Selain doyan makan dan menghabiskan makanan lo, doi juga pemalas. Pantes gendut!

3.       Rajin olahraga, biar badan lo fit karena ditindih semalaman sama dia. Demen banget deh doi mepet-mepet kalau bobok -___-“

4.        Jangan macem-macem, Dian itu stalker abis. Kalau udah stalking apapun enggak pernah nanggung.

5.       Enggak perlu pusing masalah uang, Dian beda sama cewek pada umumnya yang enggak nuntut harus punya barang-barang branded atau mahal. Gue sama Gelaph juga sih, kita bertiga tuh enggak neko-neko kok.

(Lah, jadi  curcol!)

6.       Berkaca pada orang tuanya Dian, kalian tua nanti ya bakal begitu. Yang sabar ya, Den 😉

7.       Jatuh cintalah padanya berkali-kali, setiap hari. As if you just met her for the first time.

 

Last but not least, jaga sahabat gue baik-baik ya. Jangan pernah lukai hatinya, meski gue tau lo enggak akan pernah melakukannya. Jadilah suami yang bertanggung jawab dan bisa menjunjung tinggi martabat Dian dan keluarga kecil kalian kelak.

Lo, Den, sahabat terbaik gue sejak kita masih sama-sama berseragam putih-abu. Gue sudah sejak lama mengikuti setiap babak hidup lo, pasang surut kisah cinta lo, dan sekarang gue sangat bahagia karena akhirnya hati lo berada pada wanita yang tepat.

Selamat menuliskan plot berikutnya di bab kehidupan yang baru, Dendi dan Dian.

ddwedd

13 thoughts on “A Note To The Groom

  1. Hi Mimi salam kenal, tadinya nemu web ini karena gw lagi cari info tentang Turkey and cappadocia, cerita elo seru tapi untuk Turkey fotonya kurang euy..hehe..sampe gw baca a note to the groom gw suka banget, kisah persahabatan yang hangat. Gw bakal baca2 lagi kisah lainnya. Gw suka jjs backpack tapi mau nulis blog males banget, mudah2an nanti jadi rajin nulis 🙂

    Like

Leave a comment