Hey Soul Sister!

There’s a wait so long. Here comes your man. – 500 days of summer Original Soundtrack.

 011212

Akhirnya datang juga hari yang sudah lama ditunggu oleh keluarga gue, terutama Nyokap gue. Karena setelah penantian panjang, bisa juga beliau merasakan yang dirasakan Ibu-ibu lainnya yang memiliki anak wanita dengan umur pantas menikah.

Ya, kakak gue menikah juga di penghujung 2012 ini.

Nyokap gue sudah mulai gelisah sejak kakak gue memasuki usia 30 tahun dan tak kunjung ada tanda-tanda akan menikah. Tahun demi tahun beliau sabar menanti, tapi Tuhan sepertinya masih menguji kesabaran hati Orang tua gue.

Ortu gue hanya memiliki dua anak, dan dua-duanya perempuan. Bukan, bukan karena mereka menerapkan KB. Tapi Tuhan menghendaki kakak laki-laki gue nomor dua adik kembar cowok-cewek gue kembali kepadaNya di umur muda. Jadilah Bokap gue yang paling ganteng di rumah gue J

Meninggalnya kakak cowok gue terjadi saat gue berusia 3 tahun, dan kakak cewek gue sudah menginjak usia remaja. Gue sama sekali enggak ingat kejadiannya seperti apa, yang jelas sejak saat itu, kakak gue jadi lebih sayang sama adik perempuannya ini. Ditambah lagi, adik kembar kami juga diambil sang kuasa. We are two out of four, so it makes us getting closer.

Karena Ortu gue dulu dua-duanya sibuk bekerja, akhirnya peran menjaga gue diambil alih oleh Kakak cewek gue itu. Pulang sekolah doi nemenin gue main ketimbang layaknya ABG yang lagi seru-serunya jalan sama teman atau pacar. Doi juga yang menyiapkan makan buat gue, karena kalo enggak disiapin gue pasti ogah makan. Dan kebiasaan itu berlangsung sampe gue dewasa J

Jadi enggak heran kan, gue akrab sama lagu atau artis tahun 80-an, ya semua itu karena gue yang selalu di kamar kakak gue. Ikut mendengarkan NKOTB, dan ikut suka sama personel ganteng-gantengnya itu :p

Ketika akhirnya Kakak gue harus kerja di Jakarta, saat itu gue masih SMA di Serang. Gue sedih banget karena enggak ada yang manjain gue lagi. tapi enaknya, tiap doi pulang selalu bawa makanan buat gue sih. Pantes gue gendut.

Meski kemudian gue melanjutkan studi S1 di Jakarta, enggak membuat gue jadi dekat sih, soale gue tinggal di Jakarta coret. Depok. Tiga tahun 6 bulan menyelesaikan kuliah lalu gue akhirnya pindah ke kos kakak gue di Sudirman. Betapa happy-nya gue akhirnya bisa sama-sama mencari nafkah di Jakarta bareng. Bersama doi, gue merasa aman. Iyalah, dia memantau tanpa gue harus merasa menjadi si bungsu yang overprotected. Kerjaan gue yang mengharuskan pulang pagi, membuat doi enggak bisa tidur dengan nyenyak. Karena doi menunggu gue pulang. Lalu pagi-pagi sebelum doi berangkat kerja dan gue masih tidur karena kelelahan sehabis lembur, sarapan untuk gue sudah disiapkan. Gue pun enggak perlu khawatir dengan pakaian kotor menumpuk yang untuk tidur saja gue susah, apalagi mencuci. Kakak gue dengan ikhlas melakukannya untuk gue.

Apa sih yang enggak dia lakukan buat gue?

Saat wanita seumurnya sudah mengurus suami dan anak, dia masih mengurus adiknya.

Tahun 2009, kakak gue memutuskan untuk pindah kerja ke Cilegon. Hal itu dikarenakan agar doi bisa merawat Ortu gue yang sudah semakin tua. Di malam terakhir sebelum doi pindah, diam-diam gue manangis. Bukan karena gue sedih harus hidup mandiri di Jakarta dan melakukan apa-apa sendiri. Tapi gue sedih enggak bisa dekat dengan doi lagi.

Day by day…month by month…year by year…

Meski gue udah enggak serumah dengan kakak gue, tapi gue selalu berusaha bisa pulang minimal dua minggu sekali. ketika di rumah gue betah hanya doing nothing atau leha-leha sama kakak gue. atau di malam hari ketika kami nonton TV, dia akan bisik-bisik sama gue bilang, “Laper enggak? Ning buatin Indomie mau?”

Pantes gue gendut.

Kesedihan hatinya di awal tahun karena harus putus dari kekasih yang diharapkan akan menikahinya di 2012 ini juga ikut meremas hati gue. Jadi kapan kakak gue menikah ya Tuhan?

Dia itu anak baik, terlalu baiknya. Apa dosanya sampai Kau biarkan seorang pria lama menjemputnya dan memberikan mimpi baru untuknya?

Beberapa orang mungkin ditakdirkan harus menanti lebih lama, sebelum akhirnya tiba juga jodohnya.

Dan gue adalah orang yang paling antusias dengan kabar akhirnya kakak gue bertemu juga dengan pria bertanggung jawab yang meminangnya. Pernikahan akan segera dilakukan akhir tahun ini. Gue, dengan semangat menemaninya mengurus kebutuhan pernikahan. Mencari suvenir sampai menemani fitting kebaya.

Suatu minggu siang setelah gue menemaninya fitting, ia terpaksa menurunkan gue di tengah jalan karena macet. Jadi taksinya langsung menuju Slipi, dari situ dia melanjutkan dengan bus umum ke Cilegon. Toh gue diturunkan dekat dari kos jadi gue enggak keberatan sama sekali harus jalan kaki. Ternyata dari dalam taksi, kakak gue yang melihat gue jalan sendiri merasa bersalah dan sedih sampai hampir menangis. Ia tak tega melihat adik semata wayang yang sangat disayanginya ini harus jalan sendirian.

Ya ampun, sesayang itu kakak gue sama adiknya yang kadang suka jutek sama dia. Suka sebel kalo kakak gue nelpon di jam yang gue lagi males ngomong sama dia. Suka lupa jawab sms-nya.

Dan sungguh, seminggu sebelum pernikahannya adalah saat yang berat buat gue. Gue kembali menangis diam-diam. Kakak gue akan diambil oleh suaminya nanti. Kami tidak lagi akan membagi tempat tidur bersama. Kami tidak lagi dua kakak beradik yang selalu bersama. Tidak ada lagi malam-malam makan indomie bersama.

Tapi gue harus merelakannya. Dia layak hidup bahagia dengan suaminya, membangun rumah tangganya sendiri. Dan hei, bukankah ini yang sudah lama kami inginkan.

Ya aku bahagia untukmu kakakku.

Even we dont live under the same roof, but we belong together. Always.

photo (34)

3 thoughts on “Hey Soul Sister!

Leave a comment