Blendship: Friend-love-ship.

What if in the one you love, you find a best friend instead of a lover? (Ika Natassa – Antologi Rasa)

Persahabatan dan cinta. Topik yang ngga ada matinya banget. Sudah berapa kisah yang dibuat bertemakan ‘dari temen jadi demen’. Atau istilah keren jaman sekarang ‘Friendzone‘. Yaitu kondisi pertemanan cowo-cewe dimana salah satunya menyimpan perasaan lebih. Kira-kira begitu. Takut pertemanan jadi rusak, si pihak yang mencinta lebih memilih diam dan bersembunyi dalam zona aman.

Gue lebih suka menyebutnya sebagai ‘blendship‘, percampuran antara persahabatan dan cinta. And it’s a perfect blendship, ketika sahabat dan kekasih kita adalah orang yang sama. Bukankah yang terpenting itu adalah kenyamanan? Kita tentu ingin hidup sampai tua bersama orang yang sudah sangat membuat kita nyaman bukan, dan mostly, itu adalah sahabat.

Sayangnya, sedikit sekali yang beruntung mengalami ‘perfect blendship’. Ngga semua orang bisa menikmati fase ‘dari temen jadi demen’. Bahkan ada yang sampai persahabatan menjadi rusak lalu musuhan. Well, jika berakhir begitu, mungkin memang persahabatan’ yang sesungguhnya ngga pernah terjadi. Persahabatan hanya dipakai sebagai alat untuk memperlancar PDKT. Malah ada juga yang awalnya PDKT, eh jadi keterusan sebagai sahabat.

Ada film Thailand yang mengusung tema persahabatan, judulnya ‘Friendship‘. Cinta sejati yang berawal dari persahabatan. Sayangnya semesta ngga merestui kedua insan ini bersatu. Ketika si pria sadar bahwa ia menyayangi sahabatnya,  mereka harus terpisah. Namun waktu juga yang akhirnya mempertemukan mereka kembali. Sayangnya, si perempuan sudah dalam keadaan sekarat. Ada kutipan bagus yang gue ambil dari film ini yang entah mengapa selalu membuat gue tergetar.

Rasanya baru kemarin kita menjadi teman baik. Tapi kini persahabatan kita telah memudar.

Kutipan itu mengingatkan pada kisah gue sendiri. Persahabatan gue dengan seseorang. Gue termasuk salah satu dari sekian banyak yang tidak beruntung dalam ‘sahabat jadi cinta’.

Gue pernah jatuh cinta pada sahabat gue sendiri. Sahabat dekat. Sebenarnya gue punya banyak sahabat berbeda jenis kelamin. Rata-rata persahabatan yang memang terjalin sejak sekolah. Dan yang begitu justru sudah jelas sekali batasannya. Ngga ada tuh yang namanya gue pernah naksir sama sahabat dekat sendiri. Sampai gue bertemu dia.

Meeting him was fate, becoming his friend was a choice, but falling in love with him I had no control over.

Pertemuan kami di mulai sekitar akhir 2008. Gue auditor dan dia klien gue. Hubungan kami lancar-lancar saja sebagai rekan kerja. Jujur malah gue ngga begitu menyukai sikapnya yang menyebalkan dan kurang kooperatif. Di luar kerjaan, dia justru malah mencoba berteman dengan gue. Awalnya sih banyak nanya tentang akuntansi dan perpajakan. Semangat ingin tau yang tinggi bikin gue mau aja ladenin dia. Dari sharing ilmu lama-lama malah jadi suka ngobrol dan bercanda. Hampir setiap hari gue chatting via Yahoo Messanger sama dia. Sesekali dia juga telpon gue.

Singkat cerita, persahabatan terjalin di antara gue dan dia.

Dan kita memang ngga pernah benar-benar mengingat kapan perasaan cinta itu hadir.

Tapi yang jelas, gue mulai merasa berbeda, sejak malam dia pernah telpon gue dan kami saling bertukar rahasia pribadi. Obrolan yang cukup lama dengan seseorang yang bukan pacar. Gue di rumah, dia di pinggir  jalan. Gue masih ingat bahkan waktu dia bilang “keluar deh, lihat bulan. Gue juga lagi lihat bulan, bagus ya”.

Bulan yang sama yang kami lihat dari jarak yang berjauhan, seakan jadi saksi perasaan gue yang tiba-tiba buncah. Gimana ngga, romantis banget kan?

Dan sesungguhnya saat itu masa depan kami berdua sangat gelap gulita. Tidak ada cahaya bulan sedikitpun yang menerangi dan membuat kami dapat memprediksi seperti apa hubungan kami mendatang.

Berantakan.

Kurang lebih setahun kemudian gue nekat menyatakan perasaan gue sama dia. Seenggaknya gue jujur sama perasaan gue. Ngapain dipendem, sekarang sudah ngga jaman naksir diem-diem. And boom! Our friendship was turning to complicated-shit!

Dia ngga menginginkan lebih dari persahabatan, tetapi bersedia mencoba. But it didn’t work. Hanya bertahan beberapa bulan aja dia kemudian ngga bisa melanjutkan lagi hubungan lebih dari persahabatan ini. Semuanya kacau. Jelas hubungan yang sudah rusak ini ngga bisa diperbaiki. Kami ngga bisa kembali menjadi sahabat dekat seperti dulu. Terutama gue yang mencoba menjaga jarak karena harus menormalkan perasaan dulu.

Entah siapa yang memulai, kami kembali dekat. Persahabatan yang dulu terjalin akrab kembali lagi. Dan kami berdua menikmatinya. Dan gue jatuh lagi. Atau mungkin memang perasaan itu sebenarnya ngga benar-benar hilang. Gue memang sayang sama dia, dan gue sadar sedang berada di zona aman.

Tepatnya bertahan sebagai sahabat adalah cara agar gue selalu di dekatnya.

And it sucks when you’re so close to someone, more than friendship but less than lover. 

Persahabatan kami jelas ngga bisa normal karena gue masih mencampur-adukkan antara persahabatan dan cinta. Selalu saja bertengkar. Gue pernah meninggalkannya, dia juga pernah meninggalkan gue. Dan kami selalu kembali berbaikan.

No matter how hard I try, love always leads me back to him.

Tapi hanya kembali sebagai sahabat. Sampai kapan? Percayalah ngga cuma teman dan keluarga gue yang bertanya. Gue sendiripun kerap selalu menanyakannya dalam setiap doa gue.

Dan jawabannya ternyata, sampai dia akhirnya menemukan seseorang. Seseorang yang dia sayang, dan itu bukan gue.

Gue kecewa dan marah. Entah gue marah kepada siapa. Mungkin kepada takdir. Mengapa gue dibiarkan terperangkap dalam lingkaran blend-shit yang berujung dengan kepahitan. Mengapa semua pengorbanan dan penantian gue dibiarkan berakhir sia-sia.

Kami bertengkar hebat. Tentu saja dia kecewa karena gue yang seharusnya bisa menerima kenyataan dengan ikhlas, malah lebih memilih keluar dari persahabatan kami.

Sudah cukup gue jatuh bangun dalam persahabatan kami. Dan gue tetap pada pendirian gue untuk menjauh dari dia. Dan dia sebaliknya. Dia mencoba mendapatkan kembali apa yang pernah kami miliki sejak awal, persahabatan.

Gue bingung, mengapa dia begitu ngga ingin kehilangan sahabatnya ini. Dia punya banyak teman dekat, pria dan wanita, punya kekasih juga. Lalu untuk apa lagi bersahabat dengan gue.

Dan gue belajar sesuatu, ketulusan. Betapa dia yang sudah menyakiti hati gue, berkali-kali gue coba menghukumnya dengan meng-ignore dia. Tapi gue ngga sanggup untuk terus berusaha menyakitinya. Gue mencoba memahami, bahwa mungkin bagi dia satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk membalas sayang gue adalah tetap menjadi sahabat gue.

Akhirnya gue mau memaafkannya kembali. Mencoba tetap menjalin kembali persahabatan dengan orang yang kita sayang sungguh ngga mudah. Tapi gue harus bisa. Gue ngga ada pilihan lain. Gue capek dengan drama di antara kami selama ini. Pertengkaran. Saling sindir. Buang muka. Toh gue sudah kalah dalam permainan cinta yang dikemas rapih dalam persahabatan. Lebih baik gue menjadi seorang yang kalah terhormat, bukan?

Lalu babak baru persahabatan kami dimulai. Persahabatan gue dan dia yang, kalau gue boleh mengambil contoh, seperti persahabatan Zarry-Rahne.

Yang main Twitter pasti tau mereka berdua, selebriti twitter. Entah ada unsur drama atau bagaimana yang jelas, dua orang pecinta kata ini bersahabat di Twitter. Banyak yang menyukai tulisan mereka sampai ada perkumpulan ‘Pecinta Kata Zarry – Rahne’.

Zarry dan Rahne yang sama-sama sendiri kerap saling meggoda lewat tweet puitis mereka. Sampai-sampai banyak yang menduga di antara mereka memang ada sesuatu. Kemudian dunia pertwitteran Indonesia dihebohkan dengan Zarry yang punya pacar. Bukan Rahne.

Banyak follower yang kasihan sama Rahne ditinggal Zarry demi wanita lain. Mungkin hanya menyenangkan para follower, mereka berdua yang saling tweet berbalas kata puitis. Berikut tweet Rahne dan Zarry:

@rahneputri: Ternyata kamu bukan hilir, kini biarkan aku terus mengalir.

@rahneputri: Jadi rupanya hujan itu berupa dia, yang lebih turun menyentuhmu dulu daripada aku.

@zarryhendrik: Aku adalah kata, tetapi kata tidak aku saja.

@rahneputri: Ada yang tergenang di wajahku, ada yang terngiang di telingaku. Entah apa, entah bagaimana. Mungkin ini namanya mati rasa.

@zarryhendrik: Ada yang memandikan mata indahnya. 🙂

@rahneputri: Jika aku tidak lagi menyebutmu dalam doa, semoga hatiku tidak berdosa.

@zarryhendrik: Now I don’t know how to make you happy. Because as far as I am, if I’m happy you should be happy.

@rahneputri: Entah kamu bagian dari cerita yang mana. Mungkin kamu akan hadir lagi di beberapa halaman di depan …….. atau tidak sama sekali.

Drama mereka berdua berlanjut dengan surat-suratan melalui blog mereka. Kalau penasaran boleh diintip link berikut:

http://rahneputri.com/post/15935436997/drama-semalam

http://zarryhendrik.tumblr.com/post/15937277803/drama-lanjutan#post-notes

Mereka berdua menyatakan dalam tumblr masing-masing, keduanya sahabat dan akan selalu sahabat. Rahne sendiri mengatakan semua kata puitisnya bukan untuk Zarry, murni drama.

Apapun itu, buat gue dalem dan menohok banget. Mengingatkan gue sama sahabat gue, dia.

Gue bahagia kok karena akhirnya sahabat gue itu menemukan kebahagiannya.

Gue selamanya tetap menjadi sahabat dia. Dan dia bagi gue? Entahlah.

Bagaimana mungkin kamu bisa bersahabat dengan orang yang pernah menjadi pusat semestamu. Tak pernah sedetikpun hilang dari pikiranmu. Berada pada urutan tertinggi daftar terpentingmu. Mengisi mimpi di setiap tidurmu. Alasan kesedihan sekaligus kebahagianmu. Sandaran yang selalu kamu andalkan. Dan nama yang disebut dalam doamu. Bagaimana caranya?

Ada pepatah yang bilang, jangan pernah menyerah pada sesuatu yang tidak seharipun kamu berhenti memikirkannya.

Aku sedang melepaskan ranting di hatiku ini, bukan menyerah tetapi menerima.

Kadang berjuang tidak hanya ketika mencintai. Mempertahankan, bahkan melepaskan cinta juga butuh perjuangan.

Inilah yang sedang gue lakukan, berjuang sekuat hati menjalani persahabatan ini.

Dan sesungguhnya, mulai detik ini, masa depan persahabatan gue dan dia kembali menjadi gelap gulita.

 


10 thoughts on “Blendship: Friend-love-ship.

  1. Hanya orang-orang yang sangat berbesar hati yang bisa menjalani sahabat-cinta-sahabat. Dan kalaupun pada akhirnya persahabatan itu muncul lagi, rasanya tetap aja ada yang beda dengan persahabatan di awal. Entahlah.

    Like

  2. kadang qt merasa ga rela bila sahabat terbaik kita mendapatkan seseorang yang mungkin bagi nya dia itu adalah seseorang yang cocok, tapi dimata kita selalu saja pasangan sahabat kita itu ga pernah kelihatan baik, karena kita selalu merasa ga rela melepaskan semua kebersamaan kita dan dirinya….

    Like

  3. Mi,,,jd inget si penggebug drum 😦

    Nyambung ama postingan “Kebetulan Suratan”

    ….Garis yang pernah bersinggungan itu kini berada pada jalurnya masing-masing…

    Miss u much beb *berharap dy baca hiihii

    Like

  4. Ak pernah ngalami yg namanya temen jd demen.sngt menyenangkan, skaligus menyakitkan.walo kami slg mencintai, tp tak mgkn kami bersatu krn kami pny pasangan masing2.aku memutuskan untk pergi jauh dan hidup bahagia bersama pasanganku..dan smp skrg tak pernah bisa kulupakan sahabat jadi cintaku walaupun ak telah memiliki 2buah hati.ak memcintaimu sahabat terhebatku..

    Like

Leave a comment